BANTAENG – Yayasan Hadji Kalla (YHK) melanjutkan program pemberdayaan petani alpukat di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng. Pelatihan pembibitan mandiri ini dilaksanakan dengan tema penyambungan entres (bagian atas) bibit alpukat varietas unggul.
Dalam implementasi program pemberdayaan ini, YHK menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bidang Tanaman Buah Tropika Kementerian Pertanian yang berkedudukan di Kota Solok Sumatera Barat. BRIN menyediakan tim tenaga ahli yang akan bertugas membina dan mengembangkan ilmu dan ketrampilan budidaya petani dan Yayasan Hadji Kalla bertindak sebagai donatur yang menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam program pemberdayaan yang digelar Maret 2023 ini.
YHK bekerja dengan dua orang ahli di bidang pembenihan tanaman tropika, yakni Sukarmin yang merupakan tenaga ahli di bidang pembibitan Kementerian Pertanian dan Ikhsan yang merupakan tenaga ahli peneliti BRIN. Selain melakukan proses sambung pucuk untuk benih, petani juga diajarkan melakukan proses sambung pucuk pada pohon alpukat yang telah tumbuh dengan tinggi 2-4 meter melalui proses topoking. Proses ini ialah penyambungan pucuk (entres) bibit unggul ke pohon lokal yang umurnya sdh lebih dari setahun dgn tinggi 1-3 meter.
Baca Juga :
Pengawas Benih dan Tanaman Pangan Holtikultura Kabupaten Bantaeng, Mukhlis, mengapresiasi YHK yang punya kepedulian terhadap pemberdayaan dan pembinaan petani di wilayahnya. Ia pun meminta untuk lebih fokus dalam melaksanakan program ini tersebut.
“Kita tentu mengapresiasi Yayasan Hadji Kalla karena telah mengambil inisiatif memilih dan membina petani di Kabupaten Bantaeng ini. Dari sepengalaman kami, sangat jarang ada pihak swasta yang punya fokus program pembinaan petani seperti yang dilakukan sekarang, utamanya untuk komoditi alpukat ini,” ungkapnya.
Penanggung Jawab Bidang Economic & Social Care Yayasan Hadji Kalla, Heryanto, menjelaskan, terdapat 1.000 bibit pohon alpukat lokal yang ditanam dan kemudian akan disambung dengan pucuk alpukat varietas unggul, yakni Wina, Cipedak, Kendil dan Kalibening. Entres alpukat yang dibawa tersebut, selain merupakan bibit varietas unggul juga merupakan varietas yang cocok dibudidayakan di lokasi dengan ketinggian 900-1.200 mdpl dengan kondisi geografis Desa Bonto Daeng.
“Alpukat merupakan tanaman yang memerlukan waktu budidaya yang relatif panjang sehingga implementasi program ini akan dilaksanakan secara multiyears hingga beberapa tahun ke depan. Untuk meningkatkan tanggung jawab personal kepada para anggota kelompok tani binaan, maka para petani tersebut bertanggung jawab menghasilkan bibit pohon alpukat dengan kualitas dan kuantitas yang sama untuk dibagikan kepada kelompok tani binaan selanjutnya di lokasi yang berbeda,” jelasnya.
Adapun target besar dari program ini ialah menciptakan pusat pembenihan alpukat unggul di Sulawesi Selatan.
Komentar