JAKARTA – Aksi demo terkait serangan Israel ke Palestina dilakukan berbagai pihak. Ribuan demonstran di sejumlah kota Amerika Utara dan Eropa menggelar aksi solidaritas membela Palestina. Mereka berunjuk rasa menyerukan agar Israel mengakhiri serangan di Jalur Gaza.
Mengutip AFP, yang disiarkan pula melalui CNN Indonesia Minggu (16/5/2021), sekitar 2.000 orang muncul di daerah Bay Ridge di Brooklyn. Mereka meneriakkan ‘bebaskan Palestina’ dan “dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka.”
Mereka mengibarkan bendera Palestina dan memegang plakat bertuliskan ‘akhiri Apartheid Israel’ dan ‘kebebasan untuk Gaza.’
Banyak pengunjuk rasa mengenakan syal hitam dan putih, merah dan putih, keffiyeh.
Beberapa orang Yahudi juga turut hadir. Mereka membawa poster bertuliskan ‘Bukan atas nama saya’ dan ‘solidaritas dengan Palestina.’
Selain di Brooklyn, unjuk rasa itu berlangsung di kota-kota termasuk New York, Boston, Washington, Montreal dan Dearborn, Michigan.
“Saya di sini karena saya ingin kehidupan Palestina sama dengan kehidupan Israel dan hari ini tidak,” kata salah satu pengunjuk rasa, Emraan Khan sambil melambaikan bendera Palestina.
Lihat juga:Menlu Qatar Temui Palestina, Minta Israel Setop Hujani Bom
“Ketika Anda memiliki negara bersenjata nuklir dan negara bagian lain dengan penduduk desa yang berbatu-batu, jelas siapa yang harus disalahkan,” tambahnya.
Seorang mahasiswa yang ikut demo, Alison Zambrano (20), melakukan perjalanan dari negara bagian Connecticut.
“Warga Palestina memiliki hak untuk hidup bebas dan anak-anak di Gaza tidak boleh dibunuh,” katanya.
Mashhour Ahmad(73) yang tinggal di New York selama 50 tahun, mengatakan jangan salahkan korban atas agresi tersebut.
“Saya memberi tahu Pak Biden dan kabinetnya berhenti mendukung pembunuhan. Dukung para korban, hentikan penindasan. Kekerasan yang dilakukan oleh tentara Israel baru-baru ini adalah genosida,” imbuhnya.
Ratusan orang juga berunjuk rasa di Monumen Washington, ibu kota AS. Di Montreal, ribuan orang berdemonstrasi menyerukan pembebasan Palestina.
Para pengunjuk rasa di Kanada juga mengecam ‘kejahatan perang’ yang dilakukan oleh Israel di Gaza. Mereka membawa poster yang menuduh Israel melanggar hukum internasional.
Tak hanya di Amerika Serikat (AS), aksi solidaritas terhadap Palestina juga berlangsung di beberapa wilayah di Eropa.
Lihat juga:Jokowi Bicara dengan Erdogan: Agresi Israel Harus Dihentikan
Di London, ribuan pengunjuk rasa long march menuju kedutaan Israel. Mereka juga membawa poster bertuliskan tuntutan ‘hentikan pengeboman Gaza’ dan nyanyian ‘Bebaskan Palestina.’
“Kali ini berbeda. Kali ini kami tidak akan disangkal lagi. Kami bersatu. Kami sudah muak dengan penindasan,” kata Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zomlot kepada para demonstran.
Penyelenggara mengklaim aksi itu dihadiri oleh 150 ribu orang. Namun, polisi tak dapat mengkonfirmasi jumlah itu.
Dua pemain Leicester, Hamza Choudhury dari Inggris dan Wesley Fofana dari Prancis, mengibarkan bendera Palestina setelah timnya menjuarai final Piala FA.
Lihat juga:Israel Dituding Pakai Media untuk Kecoh Hamas
Sementara itu, di Madrid, sekitar 2.500 orang, berbaris menuju alun-alun Puerta del Sol di pusat kota.
“Kami ingin meminta Spanyol dan otoritas Eropa tidak bekerja sama dengan Israel, karena dengan diam mereka, mereka bekerja sama,” kata seorang perawat Ikhlass Abousiane (25) asal Maroko.
Boikot Israel
Ribuan orang berbaris di Berlin dan kota-kota Jerman lainnya menyusul seruan dari kolektif Samidoun. Aksiprotes lain juga digelar di Frankfurt, Leipzig, dan Hamburg.
Tiga aksi unjuk rasa digelar di distrik kelas pekerja Neukoelln selatan Berlin, rumah bagi sejumlah orang yang memiliki keturunan dari Turki dan Arab.
Para pengunjuk rasa meneriakkan ‘boikot Israel’ dan melemparkan batu dan botol paving ke arah polisi. Beberapa orang ditangkap dalam insiden itu.
Selasa lalu, bendera Israel dibakar di depan dua Sinagoga atau tempat ibadah orang Yahudi, di Bonn dan Muenster, Prancis.
Polisi berusaha membubarkan pengunjuk rasa dengan gas air mata. Sementara, beberapa orang terus melempari batu.
Lalu pada Kamis, aksi dilarang karena khawatir akan terulang bentrok. “Prancis adalah satu-satunya negara demokratis yang melarang demonstrasi ini,” kata pernyataan dari pengacara Asosiasi Palestina di wilayah Paris. (*)