MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Pemerintah Australia melalui Kemitraan Indonesia-Australia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) menyelenggarakan diskusi terbatas bersama pemerintah daerah di tiga provinsi lain, yaitu Jawa Tengah, Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan 16 kabupaten/kota di Indonesia
Diskusi terbatas ini bertujuan untuk mengembangkan praktik baik penyelenggaraan vaksinasi, serta membuka kemudahan akses dan pelayanan yang tepat bagi penyandang disabilitas dan kelompok lansia melalui peran komunikasi risiko.
Komunikasi risiko sebagai bagian dari penguatan ketahanan kesehatan nasional menjadi hal penting dalam konteks mendorong kegiatan vaksinasi di masyarakat. Mengingat, pemerataan program vaksinasi masih menghadapi tantangan di berbagai daerah, salah satunya terkait akses vaksin bagi kelompok rentan.
Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins, mewakili Pemerintah Australia, mengatakan, komunikasi risiko menjadi kunci untuk mendukung pengendalian pandemi COVID-19 yang optimal. Terutama dalam mendorong pengendalian yang inklusif.
“Kita semua belum aman jika semua orang belum terlindungi,” kata Bronwyn dalam acara Diskusi Terbatas dengan tema ‘Komunikasi Risiko untuk Mewujudkan Vaksinasi COVID-19 yang Inklusif’ bertempat di Hotel Four Point, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (15/08/2022).
Turut hadir dalam diskusi terbatas tersebut antara lain Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Selatan, Arman Bausat yang mewakili Gubernur Sulawesi Selatan, Sekretaris Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan, Junaedi B. yang mewakili Kepala Bappelitbangda, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang Dyah Puspita Dewi, dan Ketua Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan Nur Syarif Ramadhan.
Adapun narasumber lain yang hadir secara online antara lain Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta, M. Agus Priyanta yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan.
Bronwyn menuturkan, melalui Kemitraan Australia – Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP), Pemerintah Australia telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, pemerintah provinsi dan kabupaten, organisasi masyarakat sipil dan media untuk meningkatkan kualitas komunikasi risiko terkait penanganan COVID-19. Termasuk, kampanye vaksinasi inklusif melalui kemitraan dengan Pemerintah Sulawesi Selatan dan berbagai pemangku kepentingan seperti Organisasi Penyandang Disabilitas, universitas, sektor swasta, dan masyarakat.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan atas komitmen yang kuat terhadap upaya Vaksinasi Inklusif yang dilakukan di Sulawesi Selatan. Kami berharap dapat terus memperkuat kerja sama dan dukungan untuk sistem ketahanan kesehatan yang lebih kuat dan responsif di Indonesia,” ujar Bronwyn.
Hasil kerja sama tersebut terwujud dalam pelaksanaan “Gebyar Pekan Vaksinasi Inklusif” di lima kabupaten, antara lain Kabupaten Maros, Pinrang, Enrekang, Bone dan Gowa. Dalam kegiatan tersebut, sebanyak 760 orang mendapat vaksinasi, termasuk 371 perempuan, 186 penyandang disabilitas, dan 32 lansia. Selain itu, 152 orang mengakses layanan pencatatan sipil yang disediakan bersamaan dengan vaksinasi.
Dalam sambutannya, Arman yang mewakili Gubernur Sulawesi Selatan mengatakan, pemerintah provinsi telah mendorong efektivitas komunikasi risiko untuk mewujudkan vaksinasi COVID-19 yang inklusif. Mengingat, pelaksanaan vaksinasi merupakan ikhtiar dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
“Dalam situasi saat ini komunikasi risiko sangat tepat digunakan dalam memberikan informasi guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap risiko penyakit yang belum ada sebelumnya. Diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mempersiapkan berbagai upaya dalam menghadapi penyakit-penyakit yang akan datang,” katanya.
Sementara itu, Junaedi yang mewakili Kepala Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan, saat ini masih banyak anggota masyarakat yang terjebak dalam hoaks dan miskonsepsi bahwa vaksinasi dapat melemahkan daya intelektualitas, mengancam kesehatan, dan memperpendek usia hidup. Maka dari itu, kata dia, melalui penerapan manajemen komunikasi risiko kepada masyarakat dapat memperbaiki disinformasi tersebut.
Adapun Nur Syarif mengapresiasi program vaksinasi COVID-19 inklusif yang bisa memberikan akses bagi kelompok rentan. Harapannya, kolaborasi yang terjalin antara berbagai pihak dalam program tersebut bisa dicontoh oleh provinsi lain.
“Hendaknya kolaborasi bisa dilanjutkan untuk mewujudkan Indonesia dan setiap provinsi menjadi provinsi yang ramah untuk semua,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, vaksinasi dosis pertama per 20 Juli 2022 untuk kelompok lanjut usia baru sebesar 83,84 persen dari target yang disasar. Dosis keduanya juga baru sebesar 68,09 persen, serta dosis ketiga masih sangat jauh dari sasaran yakni 25,99 persen.
Padahal, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Kesehatan No. HK.02.02/III/15242/2021. Dalam SE tersebut dijelaskan kelompok masyarakat rentan yakni penyandang disabilitas, masyarakat adat, penghuni lembaga pemasyarakatan, Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMIB), dan masyarakat lainnya yang belum memiliki NIK, menjadi prioritas penerima program vaksin COVID-19. (*)