MAKASSAR–Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan keterangan berdasarkan datanya dengan menyebut jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan mengalami penurunan 20 ribu jiwa.
“Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan September 2019 sebesar 759,58 ribu jiwa, mengalami penurunan sebesar 20,06 ribu jiwa jika dibandingkan dengan kondisi September 2018 yang berjumlah 779,64 ribu jiwa,” kata Kelapa BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah dalam keterangannya, Kamis (16/1/2020).
Yos Rusdiansyah menjelaskan persentase penduduk miskin September 2019 sebesar 8,56 persen juga turun 0,31 poin persen dibandingkan September 2018 yang besarnya 8,87 persen.
Begitu juga jika dibandingkan kondisi pada Bulan Maret 2019 yang besarnya 8,69 persen, dimana terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,13 poin persen.
“Selama periode September 2018 – September 2019, penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan 6,31 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan sebesar 13,75 ribu jiwa” Ujarnya.
“Persentase penduduk miskin di perkotaan dan di perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,26 dan 0,25 poin persen,” Imbuhnya.
Menurutnya, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2018 – September 2019, Garis Kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 315.738 per kapita per bulan menjadi Rp 341.555 per kapita per bulan atau naik 8,18 persen.
“Terdapat dua komponen yang mempengaruhi Garis Kemiskinan (GK), yaitu makanan dan bukan makanan. Peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), ” bebernya.
Lebih lanjut Yos menambahkan, komoditi makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan diantaranya adalah rokok kretek filter, telur ayam ras, bandeng, kue basah, gula pasir, roti, dan tongkol/tuna/cakalang.
Komoditi bukan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah pengeluaran perumahan. Selain perumahan, barang-barang kebutuhan non makanan lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan diantaranya adalah bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” sebut dia.
“Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan tingkat keparahan dari kemiskinan,” Imbuhnya. (*)