I. PENDAHULUAN
Secara umum pertanian kota (urban agriculture) dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha, komersial ataupun bukan, yang berkaitan dengan produksi, distribusi, serta konsumsi dari bahan pangan atau hasil pertanian lain yang dilakukan di lingkungan perkotaan. Pertanian kota meliputi penanaman, panen, dan pemasaran berbagai bahan pangan serta berbagai bentuk peternakan yang memanfaatkan lahan-lahan yang tersedia di lingkungan perkotaan.
Pertanian kota biasanya memanfaatkan limbah sampah yang diubah menjadi kompos, air yang didaur ulang. Bentuk pertanian kota yang lain adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti hidroponik dan berbagai bentuk pertanian vertikal.
Bahan-bahan yang dihasilkan pertanian kota beragam, mulai dari bahan pangan, sayur-mayur, ikan, berbagai jenis unggas, bunga-bunga, tanaman obat-obatan, buah-buahan, dan berbagai bentuk umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Lingkungan perkotaan di Indonesia dicirikan dengan banyaknya tanah-tanah terbuka dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan kota yang tak terencana sehingga banyak tanah-tanah kosong di antara kawasan-kawasan permukiman.
Lebih lanjut proses spekulasi tanah yang tidak terkontrol juga memacu terjadinya tanah-tanah terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Tanah-tanah negara yang tidak dimanfaatkan juga dapat menjadi lokasi yang baik untuk pertanian kota. Begitu pula dengan tanah-tanah marjinal di sepanjang tepi sungai, rel kereta api, di bawah jembatan, pada lereng-lereng perbukitan, di bawah jalur/jaringan listrik dapat dimanfaatkan untuk pertanian yang produktif.
Kota Surabaya pertama kali menjalankan program pertanian perkotaan sejak tahun 2009 dengan tujuan mampu mengentaskan kemiskinan. Pengembangan gerakan pertanian perkotaan menjadi salah satu kekuatan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.
Dengan gerakan pertanian perkotaan dapat menjadi alternatif untuk menjaga ketahanan pangan khususnya dalam skala rumah tangga miskin. Sehingga gerakan pengembangan pertanian perkotaan dapat berdampak positif dalam pengentasan kemiskinan dan menumbuhkan kemandirian masyarakat.
Secara fisik pertanian perkotaan perlu ditingkatkan karena memberikan kontribusi terbesar kedua dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya. Mayoritas orang berpikir bahwa pertanian sebagai suatu kegiatan yang terjadi hampir sepenuhnya di tanah pedesaan. Akan tetapi dewasa ini banyak kegiatan pertanian juga dikembangkan di perkotaan.
Pelaksanaan pertanian perkotaan dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan kemiskinan perkotaan. Kemiskinan tidak lagi merupakan masalah yang menjadi dominasi di daerah pedesaan, tetapi juga akan semakin meningkat di daerah perkotaan (urban) dan pinggiran kota (peri-urban).
Oleh karena itu, berbagai pendekatan kemiskinan dikembangkan untuk menurunkan angka kemiskinan. Upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan.
Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk mengurangi angka kemiskinan.
Selain berupa bantuan langsung, Program Penanggulangan Kemiskinan juga dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya pertanian perkotaan. Program pertanian perkotaan merupakan program yang dicetuskan sebagai upaya untuk tetap menjaga kualitas hidup, yaitu dengan tetap dapat mengkonsumsi makanan sehat yang berbahan ikan dan sayur yang berkualitas di tengah perkotaan.
Program ini memang didesain untuk dikembangkan di perkotaan padat yang tidak mempunyai jumlah lahan kosong yang besar. Selain itu, pertanian perkotaan membantu memberikan kontribusi terhadap ruang terbuka hijau kota dan ketahanan pangan. Di sisi lain, masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pertanian perkotaan tersebut.
Secara garis besar berbagai kendala tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu kendala teknis dan non teknis. Kendala teknis berkaitan dengan keterbatasan lahan, serangan hama, perubahan cuaca, minimnya pengetahuan warga mengenai teknik budidaya yang baik. Kendala teknis ini berimplikasi pada kesulitan di lapangan serta kuantitas dan kualitas hasil panen yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sementara kendala non teknis terkait erat dengan kurangnya antusiasme dan respon masyarakat miskin (gakin) yang menerima paket bantuan. Hal ini berimplikasi pada pemeliharaan dan keberlanjutan kegiatan kedepannya.
Berdasarkan kendala-kendala tersebut di atas maka perlu disusun suatu strategi keberlanjutan dalam pengembangan pertanian perkotaan (urban farming) di Kota Surabaya.
Kota lainnya yang menerapkan konsep pertanian perkotaan adalah Kota Bandung. Dengan jumlah penduduk yang besar dan pembangunan yang pesat, Bandung tak lagi memiliki banyak lahan hijau. Bandung mengembangkan pertanian perkotaan, dimana setiap RW diwajibkan menanam berbagai jenis tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Sama halnya dengan Kota Surabaya dan Bandung yang telah mengembangkan konsep pertanian perkotaan, sejak tahun 2014 lalu, Pemerintah Kota Makassar pun melakukan konsep yang sama dengan kedua kota besar itu. Di bawah kepemimpinan Walikota Ir. H. Moh Ramdhan Pomanto serta Wakil Walikota Dr. Syamsu Rizal MI, menggagas berbagai konsep pertanian perkotaan tersebut, yang disebutkan antara lain: program lorong garden atau lebih dikenal oleh masyarakat Kota Makassar dengan sebutan “longgar”, lalu ada Badan Usaha Lorong (Bulo), yang merupakan pengembangan konsep program Lorong Garden.
Program lorong garden ini dikembangkan dengan memberikan fasilitas pendukung kepada masyarakat dan dianggarkan khusus dalam APBD Kota Makassar yang dimulai tahun 2015. Konsep pertanian perkotaan melalui program Longgar di tahun ini mencakup 42 lokasi longgar percontohan yang tersebar pada 14 kecamatan se-Kota Makassar.
Setiap titik lorong yang menjadi percontohan program Longgar tersebut didanai oleh Pemerintah Kota Makassar. Pendanaan ini digunakan untuk pengadaan rak tanaman, pengadaan bibit, media tanam. Dan setiap Longgar percontohan mendapat pengawalan serta pendampingan langsung dari para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan, baik PNS maupun Penyuluh Pertanian Kontrak THL-TBPP Kota Makassar.
[NEXT]
II. KONSEP PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING)
Di Indonesia, konsep urban farming telah mulai dikembangkan di sejumlah kota besar, seperti Kota Surabaya, bandung dan Makassar. Diharapkan konsep ini bisa menjadi budaya baru yang tak hanya bermanfaat secara ekologi tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan estetika
1.Memberikan penyuluhan bagaimana caranya meningkatkan kualitas produk. dengan cara membimbing dengan bekerja.
2. Transplantasi manajemen.
3. Jaminan pasar. “Jaminan pasar kita melakukan sebisa mungkin untuk memenuhi spesifikasi produk yang diberikan oleh swalayan.
Sektor pertanian di kota-kota besar seperti Surabaya, bandung, Makassar selama ini kurang memberikan kontribusi pada ekonomi wilayah secara keseluruhan. Sektor ini masih kalah oleh sektor lain yang dominan seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan sektor pertanian. Penggunaan tanah adalah salah satu faktornya dimana tanah di daerah kota semakin terbatas. Tanah yang terbatas membuat lahan-lahan pertanian semakin sempit terhimpit oleh penggunaan lahan selain pertanian terutama untuk permukiman, perdagangan dan industri.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat usaha-usaha yang dapat meningkatkan produksi pertanian di perkotaan dengan berbagai keterbatasan. Program pertanian perkotaan merupakan salah satu solusi meningkatkan produksi pertanian.
Pertanian perkotaan adalah makanan dan bahan bakar tumbuh di tengah-tengah aktivitas perkotaan atau kota, untuk dipasarkan dan sering juga diolah lalu dipasarkan. Hal ini termasuk Budidaya perikanan dalam tangki, kolam, sungai dan teluk/pantai; serta sayuran dan tanaman lainnya ditanam di atap, di halaman belakang, lahan kosong kawasan industri, sepanjang kanal, di lapangan perkantoran, di pinggir jalan dan di banyak peternakan kecil di pinggiran kota (Smit,1992).
Kegiatan pertanian perkotaan juga memiliki manfaat posisif lainnya. Dampak Positif dari sektor ini antara lain: peningkatan gizi dan kesehatan, perbaikan lingkungan untuk hidup, meningkatkan kewirausahaan, dan peningkatan kesetaraan. Pada intinya Pertanian perkotaan adalah proses utama pengentasan kemiskinan selama periode pemulihan ekonomi.
Hal ini juga meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan melalui penghijauan dan pengurangan polusi dimulai di lingkungan berpenghasilan rendah. Sektor ini juga memperkuat basis ekonomi suatu kota dengan menambahkan “substitusi impor” industri yang meliputi produksi, pengolahan, pengemasan dan pemasaran dan akhirnya, pertanian perkotaan membuat kontribusi besar untuk menyeimbangkan ekologi global (Smit,1992 dan Losada, 1998).
Adapun para pendukung dari pertanian perkotaan mengutarakan beberapa manfaat ke pertanian perkotaan (Kaufman,2000), meliputi: (1) mengurangi lahan kota yang tidak produktif di bawah manajemen dengan pemerintah daerah; (2) meningkatkan citra publik dari lingkungan bermasalah; (3) meningkatkan jumlah kawasan ruang hijau; (4) memasok penduduk berpenghasilan rendah dengan sehat dan lebih bergizi; (5) mengembangkan swasembada antara penduduk dalam kota yang menanam makanan untuk diri mereka sendiri dan orang lain; (6) revitalisasi lingkungan termiskin dengan menciptakan lapangan kerja berbasis pangan (terutama bagi kaum muda), sehingga membawa lebih banyak pendapatan untuk penduduk; (7) menyediakan kegiatan program non-tradisional yang baru untuk nirlaba berbasis organisasi masyarakat; (8) mengkonversi limbah makanan dari supermarket menjadi kompos dan pupuk yang digunakan dalam produksi pangan; (9) mengurangi transportasi makanan melalui ketersediaan yang lebih besar dari produk lokal; dan (10) mendukung sistem pangan lokal dan regional secara umum.
Manfaat yang dapat dirasa oleh warga kota dengan adanya pertanian perkotaan adalah satu manfaatnya adalah menyediakan bahan pangan untuk konsumsi anggota keluarga sehingga dapat meningkatkan gizi keluarga.
Dengan terpenuhinya bahan pangan dari hasil bertani sendiri dapat meningkatkan kesejahteraan karena alokasi uang yang tadinya digunakan untuk membeli bahan pangan kini dapat disediakan sendiri.
Manfaat selanjutnya adalah dapat menambah penghasilan keluarga jika hasil bertani dijual. Jika banyak keluarga yang melakukan usaha pertanian perkotaan dan hasilnya dijual ke pasar, maka menambah pasokan bahan pangan bagi masyarakat di kota.
Dengan dijual ke pasar, pasokan akan bertambah sehingga kota dapat mencukupi kebutuhan masyarakatnya akan pangan. Dengan kata lain ketahanan pangan di daerah perkotaan akan terbantu dengan pertanian perkotaan. Kestabilan harga pangan juga akan terbantu oleh adanya panen dari pertanian perkotaan. Serta yang juga penting adalah manfaat ekologis dengan diterapkannya program ini yakni turut berkontribusi dalam meningkatkan proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota.
Pertanian perkotaan ini banyak memberikan mafaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat baik dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi dalam makanan, peningkatan pendapatan keluarga, estetika lingkungan dan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan.
Keberlanjutan gerakan pertanian perkotaan di Surabaya masih harus dipertahankan melalui peningkatan pendekatan terhadap keluarga miskin, meningkatkan kualitas hasil panen melalui peningkatan sarana dan prasarana produksi, pelatihan dan intervensi teknologi, dan memperluas jangkauan pemasaran hasil panen.
III. KEUNTUNGAN PERTANIAN KOTA
Pertanian kota, apabila dilakukan dengan baik dan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni : keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dengan kata lain, pertanian kota, apabila dikembangkan secara terpadu merupakan alternatif penting dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Dari aspek sosial, pertanian kota mempunyai banyak keuntungan, antara lain: (1) meningkatkan persediaan pangan; (2) meningkatkan nutrisi banyak kaum miskin kota; (3) meningkatkan kesehatan masyarakat; (4) mengurangi pengangguran; (5) meningkatkan solidaritas komunitas; (6) mengurangi kemungkinan konflik sosial; (7) dengan meningkatnya jumlah masyarakat miskin kota, pertanian kota menjadi alternatif bagi sumber bahan pangan yang terjangkau; (8) secara tidak langsung membantu terwujudnya keadilan sosial terutama dengan memberikan kesempatan pada masyarakat miskin kota untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan nutrisi dan kesehatannya.
Dari aspek ekonomi, pertanian kota juga mempunyai banyak keuntungan antara lain: (1) membuka lapangan kerja; (2) peningkatan penghasilan masyarakat; (3) mengurangi kemiskinan; (4) meningkatkan jumlah wiraswasta; dan (5) meningkatkan produktivitas lingkungan kota.
Dalam situasi krisis ekonomi sebagaimana dialami Indonesia, pengembangan pertanian kota mempunyai manfaat yang sangat besar, tidak saja dari potensinya untuk menyerap tenaga kerja, melainkan juga potensinya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kota. Lebih lanjut, apabila masyarakat miskin kota dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, akan lebih banyak uang mereka yang dapat digunakan untuk kepentingan lain seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
Bagi kota secara keseluruhan, pertanian kota sangat membantu ekonomi kota karena seluruh rangkaian kegiatan tersebut, mulai dari persiapan, penanaman, prosesing, kemasan, dan distribusi serta pemasaran membantu penciptaan lapangan kerja baru di kota.
Akhirnya, tidak kalah penting, dari aspek lingkungan, pertanian kota membawa beberapa manfaat antara lain: (1) konservasi sumberdaya (tanah dan air); (2) daur ulang limbah kota (pemanfaatan sampah untuk kompos, dan lain-lain); (3) efisiensi sumberdaya tanah; (4) membantu menciptakan iklim mikro yang sehat; dan (5) meningkatkan kualitas lingkungan.
IV. LORONG GARDEN (LONGGAR)
Lorong garden, salah satu bagian dari Program Andalan Walikota Makassar Danny Pomanto yakni “Makassar Tidak Rantasa” (MTR). Program Lorong garden dan Lihat Sampah Ambil (LISA) adalah bagian program MTR yang digaungkan disetiap kelurahan dan kecamatan di kota Makassar.
Hadirnya program Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, yakni Lorong Garden (Longgar), diapresiasi dan dinilai membuat kesadaran masyarakat dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Guna mendukung, mengembangkan dan menyukseskan program Longgar ini, ada 2 instansi yang berkaitan langsung. Kedua instansi tersebut yakni Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) dan dan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar.
Bukan hanya menerjunkan tenaga Penyuluh Pertanian di lapangan, namun KKP Kota Makassar pun berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi permintaan masyarakat untuk menyiapkan bibit-bibit tanaman yang dapat dikembangkan mendukung program Longgar yang dicanangkan Walikota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto.
4.1. Pemanfaatan Pekarangan Terbatas
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna antara lain yaitu;
- Selain untuk penghijauan, tanaman sayuran dapat menjadi sumber kebutuhan sayur;
- Salah satu bentuk penyaluran hobi;
- Timbulnya rasa bangga jika mampu memanen dan mengkonsumsi sayuran yang ditanam sendiri ;
- Diperolehnya sayuran yang lebih terjamin kebersihan dan mutunya, karena penggunaan pestisida (zat beracun) dapat dihindari semaksimal mungkin;
- Bertanam sayuran berarti melatih seluruh anggota keluarga untuk lebih mencintai Alam ;
- Bahkan di tengah kondisi harga bahan kebutuhan pokok naik,menanam sayur-mayur di kebun dapat turut membantu perekonomian dalam rumah tangga , bahkan kalau hasilnya lebih, bisa dijual ke pasar.
Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual.
Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
4.2 Media Tanam
Dalam memanfaatkan pekarangan untuk mendukung program Longgar, diupayakan menggunakan biaya pembuatan semurah mungkin dan dapat terjangkau. Biaya yang dibutuhkan hanya untuk pengadaan sarana/media tanam yang dibutuhkan. Media tanam ini seperti : pembelian benih, pupuk kandang dan lainnya.
Untuk wadah tanaman bila harga pot terlalu memberatkan, tentu kita dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekeliling rumah, seperti galon air yang sudah rusak/bocor, botol air mineral, kemasan-kemasan produk lainnya.
Sarana/media tanam yang dibutuhkan :
- Bibit tanaman (dapat dibeli di toko-toko pertanian terdekat)
- Pupuk kandang (bisa didapatkan di RPH Tamangapa)
- Tanah (bisa memanfaatkan tanah sekitar rumah, tapi ada juga yang bisa dibeli)
- Pot tanaman (bisa memanfaatkan barang-barang bekas seperti gallon, botol air dll)
- Rak tanaman (bisa dibuat dari bambo, sisa balok dan papan) dan masih banyak media tanam lainnya yang bisa dimanfaatkan, tergantung jiwa seni dan kreativitas seseorang.
4.3 Cara Pembibtan Tanaman
Adapun cara pembuatan pembibitan tanaman dapat dilakukan sebagai berikut : (1) mencampurkan media tanah dengan pupuk kandang (5 tanah : 1 pupuk kandang); (2) tanah dan pupuk yang sudah dicampurkan dapat diratakan pada suatu wadah (bisa membuat kotak segi empat yang terbuat dari papan, bilah bambu dan sebagainya); (3) biarkan tanah yang sudah dicampur pupuk dikosongkan/belum ditanami bibit selama minimal 3 hari; (4) tiga hari selanjutnya, bibit yang dibeli di toko pertanian sudah dapat ditaburkan; (5) biarkan bibit tanaman tumbuh hingga 2-3 minggu; (6) setelah tumbuh baru dapat dipindahkan ke wadah yang sudah disiapkan (pot, gallon bekas, botol air mineral dan lainnya); (6) berikan Mikro Organisme Lokal (MOL) / pupuk organik cair (POC) Terima kasih !!!
V. KESIMPULAN
Secara garis besar, dapat kami simpulkan sebagai berikut :
- Secara umum pertanian kota(urban agriculture) dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha, komersial ataupun bukan, yang berkaitan dengan produksi, distribusi, serta konsumsi dari bahan pangan atau hasil pertanian lain yang dilakukan di lingkungan perkotaan.
- Pertanian kota meliputi penanaman, panen, dan pemasaran berbagai bahan pangan serta berbagai bentuk peternakan yang memanfaatkan lahan-lahan yang tersedia di lingkungan perkotaan.
- Pertanian kota biasanya memanfaatkan limbah sampah yang diubah menjadi kompos, air yang didaur ulang. Bentuk pertanian kota yang lain adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti hidroponik dan berbagai bentuk pertanian vertikal.
- Bahan-bahan yang dihasilkan pertanian kota beragam, mulai dari bahan pangan, sayur-mayur, ikan, berbagai jenis unggas, bunga-bunga, tanaman obat-obatan, buah-buahan, dan berbagai bentuk umbi-umbian dan kacang-kacangan.
- Lingkungan perkotaan diIndonesia dicirikan dengan banyaknya tanah-tanah terbuka dan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.
- Di Indonesia, konsep urban farming telah mulai dikembangkan di sejumlah kota besar, seperti Kota Surabaya, bandung dan Makassar. Diharapkan konsep ini bisa menjadi budaya baru yang tak hanya bermanfaat secara ekologi tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan estetika
- Pertanian kota, apabila dilakukan dengan baik dan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni : keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan.
- Konsep pertanian perkotaan di Makassar diwujudkan melalui program Lorong Garden (Longgar).
- Tahun 2015 ini, Pemerintah Kota mengembangkan program Lorong Garden percontohan pada 42 kelurahan yang tersebar di 14 kecamatan se-Kota Makassar.
- Pada lokasi Lorong Garden percontohan, Pemerintah Kota Makassar memberikan dukungan/fasilitas berupa penyediaan bibit tanaman, rak tanaman, media tanam serta diterjunkan beberapa petugas Penyuluh Pertanian Lapangan, baik PNS maupun THL-TBPP yang berjumlah 51 orang.
- Tugas penyuluh pertanian adalah melakukan pembinaan dan pendampingan pada masyarakat dalam mendukung program Lorong Garden agar dapat berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafar, THL-TBPP DPP Kota Makassar,
Pemanfaatan Pekarangan Rumah dalam Mendukung Program Lorong Garden (materi penyuluhan), 2015.
Anonim. Ciri Pertanian Perkotaan, 2012.
Setiawan dan Dwita Hadi Rahmi. Ketahanan Pangan, Lapangan Kerja, dan Keberlanjutan Kota : Studi PertanianKotadi Enam Kota Indonesia. Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, 2014
Eko Budi Santoso, Rini Ratna Widya. Gerakan Pertanian Perkotaan Dalam
Mendukung Kemandirian Masyarakat Di Kota Surabaya. Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), 2014.
Harian Ujungpandang Ekspress (Upeks). Pemkot Canangkan Program Lorong Garden, 2014. (*)