Lintas Terkini

Kabupaten Gowa Peringati Hari Jadi ke 703 Tahun, Idris Kadir Ucapkan Ini

Brigjen Pol (Pun) Idris Kadir SH, M.Hum

GOWA– Ada yang spesial hari ini. Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-703.

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Gowa, Peringatan Hari Jadi Gowa (HJG) jatuh pada tanggal 17 November setiap tahunnya. Hal ini menjadi momentum bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa untuk melanjutkan sejumlah program pembangunan yang akan dilakukan di masa mendatang.

Pada momen peringatan ini, sejumlah penghargaan diberikan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam membantu peningkatan pembangunan Kabupaten Gowa. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan.

Adapun tanggal 17 November ini dipilih sebagai Hari Jadi Kabupaten Gowa berdasarkan pada peristiwa berdirinya Kerajaan Gowa. Berdirinya Kerajaan Gowa ditandai dengan diangkatnya Tumanurung Bainea sebagai Raja Gowa pertama dengan gelar Karaeng Sombaya Ri Gowa.

Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulsel, Brigjen Pol (P) Drs, Idris Kadir, SH,. M.Hum turut mengucapkan selamat hari jadi untuk Kabupaten Gowa. Ia berharap momentum ulang tahun bisa menjadikan Kabupaten Gowa semakin maju.

“Kita ketahui Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten penopang kota Makassar. Sudah banyak sekali perkembangan di Kabupaten Gowa, baik infrastruktur maupun ekonominya,” ujar purnawirawan jenderal bintang satu Polri ini.

Idris Kadir juga menyebutkan, masyarakat di Kabupaten Gowa adalah masyarakat yang luar biasa. “Masyarakatnya majemuk dan punya toleransi yang tinggi. Patut untuk dijaga terus menerus,” kata Idris Kadir yang saat ini menjadi caleg Partai Demokrat untuk DPR RI Dapil Sulsel 1 dengan nomor urut 3.

Sejarah Kerajaan Gowa
Melansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Gowa, sebelum Kerajaan Gowa terbentuk, di kawasan tersebut terdapat 9 negeri yang masing-masing di kepalai oleh seorang raja kecil. Negeri tersebut adalah TOmbolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang, Je’he, Bisei, Kalling dan Sero.

Pada tahun 1320, kerajaan-kerajaan kecil itu sepakat untuk bergabung. Mereka pun sepakat untuk mengangkat seorang Raja Gowa Pertama di bawah pemerintahan Tumanurung Bainea yang bergelar Karaeng Sombaya Ri Gowa.

Kesembilan raja-raja itu pun kemudian menjadi Kasuwiyang Salapanga (Sembilan Pengabdi) dan kemudian berganti menjadi Bate Salapang (Sembilang Pemegang Bendera).

Sejak berdirinya, Kerajaan Gowa pun terus mengalami perkembangan yang signifikan. Pada masa pemerintahan I Daeng Matanre Karaeng Imannuntungi Karaeng Tumapa’risi Kallonna, kerajaan ini berhasil menaklukkan beberapa kerajaan lain di SUlawesi Selatan seperti Garassi, Kalling, Parigii, Siang, Sidenreng, Lempangan, Mandalle dan lain-lain.

Pada tahun 1605, Islam pun masuk ke Kerajaan Gowa melalui seorang ulama bernama Dato Ribandang. Raja I Mangerangi Daeng Manrabia pun memeluk Islam dan mendapat gelar Sultan Alauddin.

Kerajaan Gowa terus mengalami perkembangan dan bahkan menjadi kerajaan terjuat di Kawasan Indonesia Timur, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin.

Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 Daerah Gowa terbentuk sebagai salah satu daerah swapraja dari 30 daerah Swapraja lainnya dalam pembentukan 13 Daerah Indonesia Bagian Timur.

Sejarah Pemerintah Daerah Gowa berkembang dan beriringan dengan sistem pemerintah negara. Setelah Indonesia Timur bubar dan negara berubah menjadi sistem Pemerintahan Parlemen berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950 dan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1957, maka daerah Makassar bubar.

Pada tanggal 17 Januari 1957 ditetapkan berdirinya kembali daerah Gowa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II (Kabupaten). (*)

Exit mobile version