TUAL- Pusat Studi Kota Sehat Indonesia atau Center for Indonesian Healthy Cities Studies (CIHCS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Maluku dan UNICEF melakukan kegiatan Demand Creation dan Implementasi Human-Centered Design (HCD) pada tiga kabupaten/kota di Provinsi Maluku.
Setelah sukses digelar untuk Kota Ambon, kegiatan Workshop Implementasi Strategi Komunikasi Berbasis HCD dalam Program Imunisasi dilanjutkan untuk Kota Tual pada hari Senin – Rabu, 13 – 15 Februari 2023 dan untuk Kabupaten Maluku Tenggara pada hari Kamis – Sabtu, 16 – 18 Februari 2023.
Pelatihan yang dilaksanakan di Hotel Suita, Kabupaten Maluku Tenggara ini diikuti oleh tiga tim Puskesmas dari Kota Tual yaitu Puskesmas Fiditan, Puskesmas Taar, dan Puskesmas Dullah Laut. Sementara tim dari Kabupaten Maluku Tenggara diikuti oleh Puskesmas Ibra, Puskesmas Ngilngof, dan Puskesmas Watdek.
Baca Juga :
Setiap tim Puskesmas terdiri atas tiga orang tenaga kesehatan ditambah dua orang perwakilan masyarakat, serta perwakilan Dinas Kesehatan Kota Tual dan Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara.
Human-Centered Design (HCD) adalah pendekatan yang dipakai untuk memecahkan masalah yang mengacu pada motivasi, keseharian, kebiasaan, dan hambatan kelompok sasaran agar kemudian dapat dikembangkan solusi yang tepat.
Demand Creation dan Implementasi HCD ini bertujuan untuk mendukung Pemerintah Provinsi Maluku mengimplementasikan pendekatan HCD dalam meningkatkan permintaan layanan imunisasi di Kota Ambon, Kota Tual, dan Kabupaten Maluku Tenggara.
Pada kegiatan ini Pusat Studi Kota Sehat Indonesia (CIHCS) FKM Unhas mengutus dosen FKM Unhas Muhammad Rachmat, SKM, MKes sebagai salah satu fasilitator. Fasilitator lainnya berasal dari Kementerian Kesehatan, Universitas Pattimura, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Dinas Kesehatan Kota Tual, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara.
Dalam paparannya mengenai persona dalam Konsep HCD Muhammad Rachmat menyebutkan bahwa persona adalah contoh karakter yang akan digunakan untuk menggambarkan kelompok sasaran yang akan dituju.
“Di langkah ini kita akan mencoba memahami kebutuhan serta keinginan untuk mengakses imunisasi, tujuan, latar belakang pendidikan dan kebudayaan dari masing-masing kelompok sasaran yang akan kita tuju dan kemudian akan ditampilkan pada sebuah persona,” jelas Muhammad Rachmat.
“Dengan persona, kita akan mengetahui kebiasaan kelompok sasaran, serta kebutuhan dan keinginan mereka untuk mengakses layanan imunisasi. Persona juga akan memudahkan kita dalam menemukan solusi dan mengidentifikasi hambatan kelompok sasaran dalam kegiatan imunisasi,” lanjut Muhammad Rachmat.
“Ada empat jenis persona yaitu Persona 1. Orangtua/pengasuh, Persona 2. Petugas kesehatan, Persona 3. Tokoh agama/masyarakat, Persona 4. Orang yang berpengaruh terhadap orangtua seperti ayah/ibu mertua dan lainnya,” lanjut Muhammad Rachmat.
“Aktivitas yang harus dilakukan dalam membuat persona yaitu identifikasi individu, membuat cerita keseharian persona, dan menentukan motivasinya,” tutup Muhammad Rachmat yang merupakan dosen di Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas. (*)
Komentar