PARIS – Teror yang terjadi di enam lokasi di Paris berimbas pada komunitas muslim Prancis. Mereka balik mendapat teror berupa ancaman seiring makin meningkatnya kadar Islamophobia usai teror tersebut.
Menurut laporan pemberitaan, jemaah Masjid Agung Paris di kota distrik kelima dan pusat-pusat kegiatan Muslim di seluruh Prancis menjadi korban tindakan vandalisme dari kelompok anti-Islam. Para muslim akan menjadi korban dari tudingan terorisme, menurut pemberitaan portal media muslim Saphirnews.
Saat akhir pekan lalu, coretan berbentuk salip merah tertempel di dinding masjid Paris. Di samping itu, slogan semacam ‘Perancis, bangun!’ dan ‘Kematian muslim’ tertulis di dinding masjid lainnya di, menurut laporan harian Perancis Le Parisien.
Meski demikian, tindakan itu tidak mempengaruhi sebagian warga Prancis. Sejumlah warga Perancis, yang telah dilarang oleh kepolisian untuk menggelar demonstrasi di Paris hingga Kamis depan, justru menunjukkan dukungan mereka kepada muslim Prancis dan muslim di seluruh dunia melalui media sosial dan mengorganisir pertemuan lintasiman.
Pada Minggu, sebanyak 3.000 orang berjanji akan menghadiri pertemuan lintas iman ‘Berjalan jauh bersama muslim Prancis untuk Perdamaian dan Persatuan Nasional’, yang dijadwalkan akhir pekan ini di dekat Masjid Agung Paris. Sementara 6.000 orang lainnya mengaku tertarik untuk ikut serta.
Selain itu, sejumlah pertemuan juga diagendakan melalui Facebook dengan slogan ‘Saya muslim, Daesh (ISIS) bukan’ dan longmarch ‘Berdoa untuk Paris’, dengan 13.000 peserta yang mungkin hadir akan digelar pada Minggu sore pekan depan di monumen Arc de Triomphe.
“Terorisme tidak memiliki agama atau kebangsaan,” tulis koordinator aksi Masjid Agung Paris Samia Edd Cardi, seorang muslim yang juga pengusaha teknologi. Aksi tersebut juga akan menggandeng kelompok ateis dan Kristen.
Sementara di Katedral Trinitas Suci di Paris, para imam dari seluruh dunia berencana akan menggelar pertemuan Persatuan Dunia Ahli Islam untuk Perdamaian dan Menentang Kekerasan. Pertemuan ini diagendakan sebelum teror Paris terjadi, dan akan segera dilaksanakan menyusul adanya teror tersebut mengingat urgensi dari masalah yang akan dibahas.
“Setelah serangan keji ini, kita mungkin berharap Tuhan akan datang dan menghapus seluruh musuh kita. Sebaliknya, Jesus di salib, benar-benar tidak berdaya, menunjukkan kepada kita bahwa hanya cinta yang dapat mengatasi kebencian, kejahatan, bahkan kematian,” ujar Whalon yang berdomisili di Paris dalam sebuah pernyataan. (*)