JAKARTA – Dalam rangka HUT ke-72 TNI tahun 2017, Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo didampingi Kasad, Kasal dan Kasau melaksanakan ziarah ke Makam Panglima Besar Jenderal Soedirman di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara, Yogyakarta, Jawa Tengah, Selasa (19/9/2017).
Usai melaksanakan ziarah, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di hadapan wartawan mengatakan bahwa Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah Panglima pertama TNI yang memiliki sosok sederhana, dekat dengan prajurit dan rela berkorban, serta tidak pernah menyerah. Bahkan selalu menang dalam setiap pertempuran.
Panglima TNI menuturkan bahwa Jenderal Soedirman sejak awal sudah menanamkan kepada para prajurit untuk selalu dekat dengan rakyat. Kata Panglima TNI, hal itu dikarenakan TNI lahir dari rakyat dan berjuang untuk rakyat.
“Doktrin ini tidak mengenal zaman, justru semakin hari semakin melekat,” tegas Nurmantyo.
Jenderal bintang empat ini menambahkan bahwa akyat adalah ibu kandung TNI. Hal ini tak bisa dibantahkan atau dikalahkan. Sejarah juga membuktikan bahwa lahirnya TNI (berawal dari BKR) tidak bisa dipisahkan dengan rakyat, maka HUT ke-72 TNI tahun 2017 mengusung tema “Bersama Rakyat TNI Kuat”.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan bahwa semangat juang Jenderal Soedirman harus dijadikan inspirasi bagi seluruh Prajurit TNI dalam mengabdikan dirinya bagi bangsa dan negara. Dalam kondisi sakit paru-paru, tambah Panglima TNI, Jenderal Soedirman tetap berjuang memimpin pasukan untuk menunjukan ke seluruh dunia bahwa Indonesia tetap ada.
“Sehingga semangat pengorbanan dan api perjuangan Jenderal Soedirman bisa mematri di hati sanubari seluruh Prajurit TNI, agar pantang menyarah dimana pun bertugas,” jelasnya.
Terkait dengan pemutaran Film G30S/PKI, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965 adalah sejarah kelam bangsa Indonesia. Menurut dia, peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali.
“Tetapi secara tematik peristiwa sejarah itu bisa saja berulang kalau bangsa ini tidak waspada,” ujarnya mengingatkan.
Kata Gatot Nurmantyo, kewaspadaan bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman sejarah kepada anak bangsa. Tanpa mempelajari sejarah budaya bangsa, maka rakyat juga tidak akan tahu bahwa gotong-royong adalah budaya bangsa kita sejak zaman dahulu.
“Untuk itulah, pentingnya diputar kembali Film G 30 S/PKI, agar peristiwa semacam itu tidak terulang kembali,” pungkasnya. (*)