Yogyakarta – Tersendatnya regenerasi dianggap sebagai salah satu penyebab tepuruknya prestasi bulutangkis Indonesia. Karena itu, pengurus baru PB PBSI yang terpilih nanti diharapkan lebih memperhatikan pembinaan usia dini.
Indonesia gagal di Piala Thomas-Uber 2012 setelah tim putra maupun putri sama-sama tersingkir di babak perempatfinal. Di Olimpiade London lalu, kontingen bulutangkis Indonesia bahkan tak mempersembahkan medali dan gagal mempertahankan tradisi emas.
Lambatnya proses regenerasi disebut-sebut sebagai salah satu penyebab terpuruknya prestasi bulutangkis Indonesia. Karena itu Finarsih, mantan atlet bulutangkis era 1990-an, berharap pengurus PBSI yang baru nanti akan lebih memperhatikan pembinaan usia dini.
“Pembinaan harus kita ubah. Idealnya, usia 14-15 tahun sudah masuk pelatnas. Dengan pembinaan yang lebih awal, perkembangan prestasi juga akan lebih bagus,” terang Finarsih yang ditemui di sela-sela jumpa pers jelang Musyawarah Nasional PBSI di Hotel Yogyakarta Plaza, Rabu (19/9/2012) sore WIB.
“Di negara lain, sejak level junior sudah masuk pelatnas. Jadi sudah ada pelapis. Sementara di Indonesia baru usia 18-19 tahun masuk pelatnas. Dulu di Indonesia usia 14-15 tahun sudah masuk pelatnas, namanya pelatnas pratama. Tapi itu sudah tidak ada lagi. Padahal usia 17 tahun itu usia yang bagus untuk berprestasi,” lanjut eks pebulutangkis yang berspesialisasi di nomor ganda putri itu.
“Kita harus punya pemikiran yang lebih maju karena negara lain mungkin saja meniru Indonesia yang dulu lebih jaya. Dengan persaingan yang semakin ketat, saya yakin kita pasti punya keinginan untuk lebih baik lagi,” sambung Finarsih yang turut mempersembahkan Piala Uber di tahun 1994 dan 1996 itu.
“Saya yakin dengan pengurus baru akan ada perubahan. Baik pengurus baru dan mantan pengurus semuanya harus solid. Dengan kebersamaan saya yakin prestasi akan lebih bagus lagi,” harapnya.
Munas PBSI akan digelar di Yogyakarta pada 20-22 September 2012 mendatang. (dtc)
Komentar