PANGKEP – Hampir setiap orang mengenal Es Teler. Namun isi dan kandungan es teler biasanya berbeda-beda untuk setiap pedagang.
Seperti penjual es teler di Pangkep ini, bahan es telernya terdiri dari buah, agar-agar, tape, dan susu. Namun pengunjungnya tak pernah sepi sejak dibuka pada bulan Oktober tahun 2015 yang lalu.
Pemilik spot es teler dibilangan Jalan Andi Mauraga, Aan, mengaku bahwa keuntungan perharinya bisa mencapai Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta perhari. Bahkan dulu waktu masih baru dibuka, bisa mencapai Rp 3 juta dalam sehari.
Aan menjelaskan bahwa selain dari rasa, spot dan lokasinyalah yang membuat pengunjung datang menikmati es teler buatannnya.
“Lokasinya sengaja kita pilih di tempat yang sederhana. Walaupun terlihat tradisional namun dapat langsung dilihat oleh orang yang lewat dan tentu saja sejuk karena berada dibawah pohon,” ujar Aan saat ditemui, Selasa (20/9/2016).
Lokasi jualan Aan tidak di dalam gedung, atau kios, namun pekarangan milik warga. Aan harus mengeluarkan anggaran Rp600 ribu per bulan untuk sewa pekarangan tersebut. Namun menurut Aan, biaya sewa dan gaji karyawannya tertutupi dengan keuntungan yang diperolehnya.
Spot es teler yang dikelola Aan sebenarnya dirintis oleh adiknya. Kini selain terkenal di Pangkep, es teler Mataram miliknya juga membuka cabang di depan terminal baru Pangkep. Pun demikian, Aan mengakui bahwa di Pangkep kini banyak bermunculan spot-spot es teler lain yang juga mengambil konsep seperti yang dirintis keluarganya tersebut.
“Di Pangkep ada dua, disini dan di depan terminal baru. Kalaupun ada di tempat lain rasanya pasti beda dengan disini,” tandas Aan.
Untuk menciptakan usahanya Aan mengaku harus mengeluarkan dana sekitar Rp 20 juta. Namun modal tersebut sudah tergantikan dengan keuntungan yang diperolehnya.
“Anda hitung saja, kalau perhari seratus gelas plastik untuk yang dibungkus, itu hitungan minimal. Belum mereka yang minum ditempat,” tutur Aan, yang memiliki nama asli Lalu tersebut.
Walaupun begitu Aan mengaku bahwa bahan-bahan campuran es teler miliknya hanya untuk satu hari, kalau tidak habis dibuang. “Agar-agar, buah yang sudah dipotong kecil, santan, dan beberapa yang lain hanya bisa bertahan satu hari,” tuturnya.
Menurut Aan, Ide Awal pembuatan spot miliknya berasal dari lombok. “Kami dari lombok memang seperti ini modelnya, yang muncul belakangan itu hanya ikut-ikutan,” ungkapnya.
Untuk menjaga pelanggan, Aan mengaku harus menjaga rasa. “Ukurannya sudah ditakar dan tidak mungkin lebih atau kurang, itulah yang membuat rasa es teler mataram ini diminati banyak orang di Pangkep,” bebernya.
Bisnis es teler ini menurut Aan cukup menarik, lantaran tidak memiliki musim. Bahkan saat musim hujan pun, masyarakat juga datang menikmati es teler yang dominan warna putih susu tersebut.
Bisnis yang mengambil konsep seperti ini sebenarnya dimulai di kota Palopo, Luwu Utara, oleh orang Mataram juga, kemudian berkembang hingga ke daerah Sidrap, Barru, Pangkep, dan Maros. “Awalnya dari Palopo, kemudian di Sidrap, Barru, Pangkep, Maros,” terang Aan. (*)