JAKARTA – Album kelima Endank Soekamti akhirnya dilepas juga pada 12 Desember lalu. Band asal Yogyakarta itu pun serba mandiri di album yang bertajuk ‘Angka8’.
“Sekarang ini kita sudah mandiri dan merdeka dalam berkarya,” ujar sang vokalis Erix kepada detikHOT.
Kemandirian yang dimaksud Erix adalah saat ini Endank Soekamti tidak lagi terikat pada label manapun. Sebelumnya band punk trio tersebut bernaung dan merilis album di Nagaswara Musik.
“Itu mengapa album ‘Angka8’ sampulnya gambar tentara. Kita berjuang. Bukan perang tetapi mencari apa yang kita yakini,” jelas Erix.
Tapi ternyata menerbitkan album lewat label sendiri tidaklah mudah. Apalagi Endank Soekamti berharap memiliki label yang nantinya membesar seperti label-label kenamaan lainnya di Tanah Air.
Mereka pun tak kehabisan ide, album ini dimanfaatkan sebagai investasi dari para pemilik album. Endank Soekamti menjual ‘Angka8’ dengan banyak versi. Versi boxset yang komplit dengan harga Rp 250 ribu, versi album dan biografi seharga Rp 50 ribu dan versi unduh gratis di internet.
“Kita nggak punya duit sebanyak itu buat mendirikan sebuah label besar. Karenanya modalnya dari para Kamties yang beli album ini. Itu mengapa kita bikin kemasan spesial untuk mereka yang beli boxset,” tandas Erix.
Meskipun terbilang cukup mahal, tapi pelantun hits ‘Bau Mulut’ itu yakin boxset yang mereka berikan sebanding. Terbukti banyak orang yang cukup antusias menanti album tersebut.
Bahkan ketika Endank Soekamti membuka preorder, sebanyak 1.350 pesanan telah diterima mereka. Padahal boxset hanya dicetak sebanyak 5.000 kopi saja.
“Kemarin kita sempat utang sana sini karena nggak ada modal buat bikin ini. Preorder membludak dan kita harus penuhi itu. Tapi semua ini buat dan berkat Kamties, karenanya semua kita kemas dengan spesial. Kita tahu siapa saja yang benar-benar cinta Endank Soekamti dan order boxset ini,” tandasnya.
(dtc)
Komentar