Lintas Terkini

Reaksi Pasca Vaksinasi: Kebanyakan Hanya Pegal, Lapar, dan Mengantuk

Tenaga kesehatan (nakes) yang menjalani vaksinasi Covid-19.

JAKARTA — Pemerintah telah berkomitmen memberikan vaksin COVID-19 secara gratis demi memulihkan kesehatan nasional akibat hantaman pandemi yang bisa mematikan ini. Namun, niat baik pemerintah ini masih saja menuai beberapa penolakan pada program vaksinasi COVID-19 yang tengah berjalan saat ini.

Ada masyarakat yang masih meragukan dan menunjukkan ketakutan, khususnya terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, dijelaskan bahwa KIPI adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian, dan diduga berhubungan dengan imunisasi.

Adapun KIPI ini, ada yang serius dan non serius. KIPI yang serius adalah setiap kejadian medis setelah imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, hingga kematian serta menimbulkan keresahan di masyarakat. Sementara yang non serius tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima vaksin.

dr. Muhammad Fajri Adda’I selaku dokter dan tim penanganan COVID-19 yang telah menerima vaksinasi COVID-19 dosis pertama mengatakan, dirinya tidak merasakan reaksi yang aneh setelah divaksinasi. Adapun yang ia rasakan biasa saja, seperti lazimnya orang disuntik.

“Memang sih, masih banyak masyarakat yang meragukab vaksinasi dan mempertanyakannya terkait vaksin dan KIPI,” ungkap dr. Fajri Adda’I.

Reaksi setelah vaksinasi menurut dr. Fajri bisa berbeda-beda pada tiap orang. Ada yang mengalami demam, nyeri, lemas, ada yang merasa lapar terus, hingga mengantuk.

“Reaksi ini wajar dan masuk dalam kategori ringan. Kalaupun ada demam itu wajar sebagai suatu reaksi dalam pembentukan imunitas dalam tubuh,” kata dr. Fajri, tenaga kesehatan yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis pertama.

Kepada masyarakat luas, dr. Fajri berpesan agar tidak usah mendengarkan hoaks. Alasan dia, dirinya sudah melihat sendiri laporan terkait vaksin ini untuk mendapatkan kajian ilmiahnya.

Dari laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) maupun yang dari Brazil menunjukkan bahwa relatif aman dengan KIPI di bawah 1 persen. Kemudian dari pengalaman rekan sejawatnya yang telah diauntik vaksin juga aman-aman saja.

“Jangan kita terlalu pusing dengan kemungkinan yang kecil ini. Petugas medis juga sudah paham bagaimana mengatasi KIPI ini. Dalam proses vaksinasi, saya juga tadi dijelaskan terkait KIPI dan bagaimana meresponnya jika ada reaksi,” jelas dr. Fajri.

Sebelum menerima suntikan vaksin COVID-19, dr. Fajri secara khusus mengosongkan jadwal. Diakuinya, dia berusaha menjaga tidur yang cukup supaya reaksi imun yang terbentuk akan lebih bagus dan optimal.

“Kemudian untuk beberapa hari ke depan jangan terlalu capek, makan gizi seimbang, jangan begadang, jangan stres,” katanya.

Sementara itu, dr. Inda Mutiara selaku Kepala Puskesmas Kramatjati Jakarta mengungkapkan bahwa sejauh pengamatannya, lingkungan sekitarnya antusias dan tidak ada penolakan baik dari rekan tenaga Kesehatan (nakes) maupun masyarakat sekitar.

“Saya tidak merasakan reaksi yang tidak wajar. Tidak sakit saat disuntik dan sampai sekarang juga normal-normal saja,” kata dokter ini.

Vaksin telah hadir untuk membantu upaya mengatasi pandemi COVID-19. Satu hal yang juga perlu dipahami vaksinasi ini butuh proses untuk mencapai proteksi maksimal.

Semua lapisan masyarakat tetap harus disiplin protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Vaksin dan disiplin protokol kesehatan merupakan kombinasi tepat untuk melindungi diri dan melindungi negeri. (*)

Exit mobile version