MAKASSAR – Universitas Islam Makassar (UIM) bekerja sama dengan Special Olympics Indonesia (SOIna) Sulawesi Selatan mengadakan Workshop tentang kebijakan hak-hak penyandang disabilitas.Pada kesempatan ini, Rektor UIM, Hj. Majdah Agus Arifin Nu;mang membangkitkan motivasi kepada para penyandang disabilitas yang hadir sebagai peserta.
Kegiatan tersebut dirangkaikan juga dengan pelatihan volunteer, Selasa (21/3/2017) di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM Makassar. Rektor Universitas Islam Makassar, Majdah Agus Arifing Nu’mang mengatakan, setiap orang ingin dilahirkan sempurna. Tetapi kekuasaan Tuhan jauh lebih besar.
Ia berharap, kedatangan Dr Michael S Stein, pengacara khusus untuk hak-hak disabilitas dari Harvard Law School – America, yang juga seorang penyandang disabilitas, harus dimanfaatkan untuk mendengarkan hal-hal yang terkait dengan penyandang disabilitas itu.
Baca Juga :
“Selain itu, teman-teman yang menyandang disabilitas tentunya memiliki potensi untuk berkarya, sebagai manusia kita harus membantu mereka untuk mengembangkan potensinya,” kata Rektor UIM, Hj. Majdah Agus Arifin Nu’mang.
Setiap orang yang menyandang disabilitas harus didampingi satu orang relawan, selain dari orang tua mereka. Olehnya itu, selaku Ketua SOIna, dia ingin merekrut relawan, sebagai bentuk kepedulian terhadap penyandang disabilitas tersebut.
“Untuk anak-anakku yang menyandang disabiltas, jangan kita berkecil hati, tetapi kita harus kuat dan tetap optimis agar dapat berkarya,” tambahnya.
Dr Michael S Stein dalam paparannya dibantu tim penerjemah bahasa isyarat mengaku sangat bangga dengan Indonesia.
“Saya cinta Indonesia, semoga Indonesia bisa lebih baik dari America dalam hal menghargai teman-teman disabilitas,” harapnya.
Tentunya tidak akan ada disabilitas, selama lingkungan dirubah, misalnya ketika semua tayangan di televisi harus disertai dengan bahasa isyarat, setiap guru di sekolahpun harus mengetahui bahasa isyarat. Begitupun dengan tempat-tempat umum. Kata dia, saat ini di Amerika sudah ada 400 orang bisu yang bergelar doktor, ada yang bergelar profesor, berprofesi dokter, pengacara dan semuanya berhasil.
“Harapan kami Indonesia kedepan harus memberikan ruang lebih besar kepada teman-teman disabilitas agar mampu berkarya dan menggali potensinya, contohnya ketika saya kecil, orang tua saya selalu mendorongku untuk melanjutkan studi, sampai hari ini. Karena penyandang disabilitas tidak untuk dikasihani dan disembunyikan, melainkan harus diberikan akses yang layak dan memberikan haknya sebagaimana mestinya,” tambahnya.
Tampak hadir Wakil Rektor II Saripuddin Muddin, Wakil Rektor III Abd Rahim Mas P Sanjata, Wakil Rektor IV UIM, Muammar Bakry, dan 400 penyandang disabilitas Makassar yang mengikuti workshop. (*)
Komentar