TAKALAR – Umat Islam tidak hanya berbuat baik kepada sesama manusia, namun juga harus berkontribusi menjaga kelestarian alam. Hal ini diungkapkan Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Takalar, Muhammad Syahrul disela-sela penanaman pohon bakau (mangrove) dan pembersihan pantai kerjasama Pemkab Takalar dan LDII Takalar di Teluk Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Rabu, (21/12/2016).
Dalam seremonial go green, hadir Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Takalar, Najib Kasim dan Wakil Ketua LDII Sulawesi Selatan, Suyitno Widodo. Pihaknya mengemukakan, melalui penanaman mangrove, LDII berupaya mewujudkan Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta atau rahmatan lil alamin.
“Bukan hanya menjadi rahmat untuk umat manusia, tetapi juga rahmat bagi lingkungan, termasuk tumbuh-tumbuhan,” sebutnya.
Baca Juga :
Sebagai orang Islam, kita harus mempunyai karakter jujur, amanah, kerja keras lagi hemat, rukun, kompak, dan kerjasama yang baik. Disamping itu, kata Syahrul, umat Islam juga harus memberikan manfaat kepada sesama manusia maupun lingkungan.
Ditambahkan, di tahun 2017 LDII Takalar akan menjajaki kerjasama dengan Dinas Kelautan terkait kerjasama transplantasi terumbu karang. Pasalnya, pembenihan terumbu karang sangat bermanfaat dalam menjaga ekosistem laut.
Ia menyebutkan, sebanyak 2.000 bibit mangrove yang ditanam merupakan sumbangan swadaya warga LDII. Adapun 500 bibit lainnya adalah sumbangan Pemda Takalar.
Sementara itu, Danramil 1426-05 Mangarabombang, Kapten Inf Baso Mattana mengatakan, penghijauan pesisir pantai dipandang penting mengingat fungsi hutan mangrove sebagai paru-paru dunia. Mangrove berfungsi untuk menahan abrasi atau pengikisan pantai akibat abrasi air laut.
“Kami akan mengawasi mangrove dari tangan-tangan jahil yang akan merusaknya,” kata Kapten Inf Baso Mattana, seraya menambahkan bahwa pihaknya menurunkan 16 anggota Koramil Mangarabombang turut membantu menanam mangrove ini.
Adapun Pemuda LDII, Muhammad Fajar menguraikan, selain menanam mangrove kesempatan tersebut mereka gunakan untuk bersilaturahim sambil berekreasi. Penanaman mangrove, kata Fajar, diikuti anak-anak, remaja, hingga dewasa.
“Kegiatan ini juga diikuti mulai anak-anak usia 6 tahun, generasi muda LDII, hingga ibu-ibu,” katanya. (*)
Komentar