TAK semua orang dapat secara gampang membuka usaha minuman olahan tanpa didukung pengetahuan yang memadai. Apalagi jika ilmunya tak sesuai dengan bisnis yang sedang digeluti.
Sarabba adalah minuman khas yang sudah mentradisi di kalangan masyarakat Sulsel khususnya di Kota Makassar. Destinasi kuliner tersebut berada dibilangan Jalan Sungai Carekang (Sucer) yang dikelola secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Seiring berjalannya waktu, jalan Sucer pun menjadi ikon destinasi kuliner Sarabba hingga sekarang.
Pemilik usaha Sarabba Sungai Carekang (Sucer), Ibunda Ida Syahrul mengaku, usahanya tersebut dirintis sejak 2012 silam. Antusias konsumen pun kian meningkat. Bukan hanya masyarakat Makassar, namun juga dari berbagai daerah di Indonesia hingga dari luar negeri.
“Banyak hal yang bisa kita kelola dalam bisnis, misalnya kuliner. Dan usaha Sarabba ini pun menjanjikan omzet. Selain itu, usaha Sarabba merupakan wujud pelestarian destinasi kuliner khas Makassar,” katanya.
Ida Syahrul yang akrab disapa Bunda Ida ini menjelaskan, selain mendatangkan keuntungan, bisnis Sarabba juga menyehatkan tubuh konsumen. Sebab, Sarabba merupakan jenis minuman yang diolah dari bahan dasar jahe dan gula merah yang tentunya juga dilengkapi dengan berbagai rempah-rempah alami yang menyehatkan dan telur ayam kampung.
“Selain menjanjikan keuntungan Sarabba merupakan minuman yang menyehatkan. Karena Sarabba ini, 80 persen berbahan dasar jahe,” ujarnya.
Tidak hanya itu, harganya pun ekonomis. Sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan dan terkhusus Sarabba Sungai Cerekang Ibunda Syahrul tentunya.
[NEXT]
Bunda Ida menuturkan, harga yang ia tawarkan untuk segelas Sarabba bervariasi. Mulai dari harga Rp7.000 untuk Sarabba original, Sarabba Susu Rp8.000, Sarabba Telur Rp11.000 dan Sarabba Komplit (susu+telur) seharga Rp13.000. “Kalau omzetnya itu sekira Rp700 ribu hingga Rp1 juta per hari , nilai diatas harus dibagikan lagi kepada 3 orang pegawai ,” akunya.
Untuk konsep pemasaran yang diterapkan, Bunda Ida mengaku, masih tradisional. Dalam hal ini, mengandalkan masyarakat datang membeli dan menikmatinya di meja dan kursi yang disediakan.
Saat ini, lanjut dia, usahanya memiliki tiga cabang, yakni di taman segitiga Toddopuli raya, poros BTP dan Jalan Sucer. “Semoga kedepannya, kami bisa buka cabang lagi. Karena hal ini kami sesuaikan permintaan konsumen yang kian meningkat,” harapnya.
Bunda Ida pun berharap, kedepannya stakeholder dan pelaku wisata khususnya Perhotelan dapat memberdayakan pelaku usaha Sarabba.
Dalam artian, pelaku hotel memesan langsung Sarabba dari peraciknya di wilayah Sungai Cerekang agar cita rasa tetap terjaga karena Sarabba menjadi salah satu destinasi khas Kota Makassar dan Sulsel pada umumnya. (*)