Awal tahun ini koresponden ”Kompas” melakukan perjalanan darat menyusuri pantai timur Australia dari Brisbane ke Adelaide melewati empat negara bagian Australia dan satu daerah khusus ibu kota, Canberra. Total jarak yang ditempuh 3.600 kilometer, termasuk perjalanan wisata, atau hampir lima kali jarak Jakarta-Surabaya. Berikut laporannya.
PERJALANAN dimulai dari Brisbane, kota di pantai timur di utara Sydney ke Gold Coast, kota wisata pantai populer di negeri Kanguru. Perjalanan ke Gold Coast di Negara Bagian Queensland lalu dilanjutkan ke Sydney hingga Newcastle sejauh 800 km yang bisa ditempuh dalam sembilan jam.
Gold Coast adalah sebuah kota wisata yang luasnya dua kali Jakarta, tetapi penduduknya hanya 600.000 jiwa. Kota yang sekarang punya lebih dari 20 pantai wisata di sepanjang 70 km ini dulu adalah tempat ”jin buang anak” sebelum ditemukan pengusaha real estat.
Gold Coast mulai populer sejak 1990-an dan kini setiap tahun dikunjungi tak kurang dari 700.000 wisatawan yang mendarat di bandara kecil di dekat perbatasan antara Gold Coast dan New South Wales.
Melaju di jalan tol Australia tidak seperti di Jakarta. Mobil beriring seperti semut. Kecepatan mobil dibatasi 110 km per jam. Tidak kurang tidak lebih. Tidak ada kendaraan menyerobot lajur lain atau mendahului seenaknya. Mendahului kendaraan lain hanya bisa dilakukan di ruas tertentu yang memang disediakan. Tak heran kalau dalam perjalanan 800 km dari Brisbane hingga New Castle (dekat Sydney), misalnya, hanya dua mobil yang mendahului Kompas.
Dengan luas 8 juta kilometer persegi atau empat kali luas daratan Indonesia, walaupun kopong di tengah karena daerah gurun belaka, bermobil di Australia terasa sepi karena jumlah penduduknya yang hanya 23 juta jiwa.
Newcastle
Selepas Gold Coast, kita memasuki Negara Bagian New South Wales, dengan ibu kota Sydney. Waktu menunjukkan pukul 20.00 atau pukul 19.00 waktu Brisbane ketika kami tiba. Di Negara Bagian New South Wales, di mana Newcastle dan Sydney berada, memang berlaku apa yang disebut day-light saving. Waktu dimajukan satu jam pada bulan Oktober sampai Maret.
Di kedua kota ini hari sudah terang pada pukul 04.00 sehingga pukul 04.00 dijadikan pukul 05.00 pagi. Namun, jam dikembalikan pada bulan April.
Selain di New South Wales, day-light saving juga berlaku di Negara Bagian Victoria (di mana Melbourne berada), South Australia (Adelaide), Tasmania (Hobart), dan di daerah khusus ibu kota (Canberra).
Vegetasi di Negara Bagian Queensland mirip dengan di Indonesia karena iklimnya yang semitropis. Pengunjung dari Indonesia akan merasa akrab dengan pepohonan dan rumput di sepanjang jalan.
Selepas Gold Coast sering dijumpai perkebunan tebu. Adalah orang-orang dari Pulau Pasifik, seperti Vanuatu, dan Pulau Solomon yang pada abad ke-19 dipekerjakan seperti budak untuk membuka kebun-kebun ini. Selepas itu, pemandangan didominasi padang hijau yang luas.
Kota kecil populer yang dilewati termasuk Byron Bay, Coffs Harbour, dan Port Macquarie. Mercu suar di Byron Bay dan pemandangan lautnya amat layak dikunjungi.
”Sekarang banyak orang tinggal di Newcastle, tetapi bekerja di Sydney,” tutur Budi Th Susilo yang sudah puluhan tahun tinggal di Sydney. Harga rumah yang tinggi di Sydney adalah salah satu alasannya. Padahal, diperlukan sedikitnya dua jam dengan mobil dari Newcastle ke Sydney.
Bila Jakarta punya Ancol, Newcastle punya pantai Nobbys yang terkenal di seluruh dunia. Bukan saja sebagai tempat wisata, melainkan juga sebagai tempat pelatihan life saver atau penyelamat pantai.
Ratusan wisatawan tampak berenang, berselancar, atau sekadar berjemur di pantai yang indah ini. Penyelamat pantai Australia terkenal di seluruh dunia. Anggotanya sering diminta untuk memberikan pelatihan di beberapa negara.
”Ada anggota kami yang memberi pelatihan ke Indonesia,” tutur Kath Donnelly, instruktur penyelamat pantai dari Nobbys Surf Club. ”Kami bersyukur memiliki pantai di Newcastle yang ideal untuk pelatihan,” ujarnya.
Sydney
Perjalanan dari pantai Nobbys di Newcastle ke Sydney sejauh 160 km seharusnya dapat ditempuh dalam dua jam. Namun, kemacetan lalu lintas di Sydney, kota terbesar Australia dengan penduduk 5 juta jiwa, memperlambat perjalanan lebih dari setengah jam.
Di kota terbesar di Australia ini banyak tempat wisata menarik yang dapat dikunjungi. Opera House dan Harbour Bridge yang menjadi ikon Sydney adalah salah satunya.
Opera House karya arsitek Denmark, Jorn Utzon, dan Harbour Bridge ini dapat dinikmati sekaligus dari sebuah titik di Point Macquarie yang jaraknya sekitar 15 menit berjalan kaki dari Opera House.
Ikon lain yang relatif baru adalah Olympic Park yang terletak di jantung kota Sydney. Tempat ini adalah lokasi pesta olahraga Olimpiade Musim Panas 2000.
Bondi (baca Bondai) juga patut dikunjungi. Bondi dapat dicapai setengah jam bermobil dari Opera House. Pada akhir minggu, pantai sepanjang 1 kilometer ini selalu penuh pengunjung. Kelebihan pantai ini adalah luasnya pasir putih, dari tepi jalan ke laut lebih dari 300 meter, sehingga dapat menampung banyak pengunjung.
Watsons Bay, sebuah teluk indah di sebelah timur Sydney, juga menyedot banyak pengunjung. Lokasinya di sebelah timur laut kota Sydney dan dapat dicapai setengah jam bermobil dari Opera House.
Masih ada lagi Point Piper, yakni kawasan dengan rumah-rumah termahal di Australia, terlebih deretan rumah yang menghadap ke Opera House dan Harbour Bridge. Pemandangan dari rumah amat penting bagi orang Australia. Harga rumah di sini antara Rp 300 miliar dan Rp 600 miliar.
Canberra
Dari Sydney perjalanan dilanjutkan ke Bald Hill, sebuah titik perhentian yang dapat dicapai sekitar sejam bermobil dari Sydney. Seperti Watsons Bay, Bald Hill terletak di atas bukit. Di kiri dan kanan kita dapat memandang hamparan panorama laut indah semata. Warna biru laut mendominasi dengan gradasi ke biru muda hanya dekat tepi pantai.
Setengah jam dari Bald Hill, kita sampai di klenteng Buddha Nan Tien di Desa Port Kembla di dekat kota Woolongong. Klenteng ini merupakan klenteng Buddha terbesar di Australia.
Dari sini perjalanan dilanjutkan ke Canberra yang ditempuh dalam dua jam. Canberra, yang terletak antara Sydney dan Melbourne, merupakan kota yang dibuat dari nol pada tahun 1912 di atas tanah seluas 2.000 kilometer persegi.
Kota ini terasa sangat teratur karena dibangun dari tanah kosong. Jalan untuk pejalan kaki sangat lebar dengan taman dan pepohonan rindang ke mana pun kita melangkah.
Adalah arsitek Walter Burley Griffin yang memenangi lomba desain pada tahun 1912 untuk ibu kota Australia ini. Di sinilah jantung Australia berdetak karena parlemen dan pemerintah federal Australia berada. Parlemen Australia pertama kali bersidang di kota ini tahun 1927. Sebelumnya sidang-sidang parlemen dilakukan di Melbourne.
Sehari empat musim
Pukul 12.00 siang, dari Canberra, Kompas menuju Ballarat sejauh 750 km yang dapat dicapai dalam waktu 9 jam lewat jalan tol yang lebar dan sepi. Pukul 21.00 di Ballarat masih seperti pukul 18.00 di Jakarta pada musim panas ini. Ballarat adalah kota pertambangan pada masa lalu. Banyak obyek menarik di sini yang dapat dinikmati, termasuk Museum Demokrasi dan Museum Sovereign Hill yang menampilkan suasana kota pada abad ke-19.
Selepas Canberra, hawa panas langsung menyergap. Rumput kering dan bukit menguning terhampar di kiri-kanan jalan. Bulan Desember adalah permulaan musim panas di Australia. Udara sejuk bertiup pada musim gugur (dari bulan Maret ke Mei) atau musim semi (dari September ke November).
Batas wilayah daerah khusus ibu kota (Australian Capital Territory) Canberra dan Victoria dengan ibu kota Melbourne dicapai ketika sampai di Wodonga dalam waktu empat jam. Pemandangan indah menyeruak begitu sampai di lingkar luar kota Melbourne. Padang dan bukit yang tandus di daerah khusus ibu kota berubah menjadi taman raksasa yang tertata rapi.
”Sehari ada empat musim.” Begitulah humor orang Melbourne. Panas pada pagi hari bisa menjadi dingin dalam beberapa jam. Musim panas di Ballarat bisa mencapai 40 derajat celsius dan musim dingin mendekati nol derajat celsius.
Karena temperatur yang tidak menentu, penduduk Ballarat dan Melbourne terbiasa bersiap untuk perubahan iklim dengan selalu membawa jaket dan payung.
Canberra dan Ballarat adalah kota yang nyaman dikunjungi karena tidak terlalu besar. Dari ujung ke ujung dapat dijangkau dalam 15 menit. Bila di Canberra banyak persimpangan lampu lalu lintas, di Ballarat banyak bundaran (round about).
Ballarat yang dihuni 100.000 penduduk ini diyakini sebagai tempat kelahiran demokrasi di Australia. Selain kotanya yang indah, Ballarat juga memiliki banyak museum, seperti museum demokrasi, museum penerbangan, dan museum seni rupa.
Dari nomor polisi mobil yang dijumpai di jalan terlihat banyak mobil dari Brisbane dan Perth, yang masing-masing jaraknya 2.000 km dan 3.000 km dari Ballarat.
Dari Ballarat, Kompas menjalani etape terakhir ke Adelaide, sejauh 600 km. Kota taman Adelaide dimasuki pukul 19.00, dan berakhir sudah perjalanan menyusur pantai timur negeri Kanguru…. (kompas)