JAKARTA — Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 akan diikuti sejumlah daerah baik tingkat Provinsi maupun daerah tingkat Kabupaten/Kota. Perhelatan Pilkada tersebut di sejumlah daerah diikuti oleh Calon Kepala Daerah incumbent (petahana).
Sekjen Literatur Institut, Asran Siara menyoroti peluang sejumlah kepala daerah yang akan bertarung kembali merebut simpati rakyat dengan berstatus sebagai kandidat petahana. Menurutnya, kontestan pilkada dengan berstatus sebagai petahana bukan jaminan mutlak akan melenggang dengan mulus memenangkan simpati rakyat.
“Kontestasi demokrasi gelaran pilkada membuka peluang munculnya penantang baru sebagai kesempatan untuk memimpin. Sekaligus jadi ajang evaluasi bagi petahana bagaimana progres dalam kepemimpinan di daerah selama periode menjabat,” ujar Asran Siara di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
Baca Juga :
Lebih jauh, kata Asran, kepemimpinan kepala daerah yang minim terobosan dan stagnan dalam memajukan daerah cenderung atau bahkan sulit untuk meraih simpati rakyat untuk menjabat kembali.
“Pada ruang inilah, munculnya figur baru yang memiliki gagasan dan visi yang jauh lebih progresif akan disambut terbuka oleh rakyat karena menginginkan perubahan dalam hal pembangunan dan harapan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat,” lanjutnya.
Tak hanya itu, meningkatnya kemampuan literasi masyarakat yang disebabkan digitalisasi informasi membuat sejumlah kepala daerah berstatus petahana akan kesulitan. Apabila, dinilai oleh publik gagal merealisasikan janji kampanyenya selama menjabat.
“Massifnya arus informasi membuat pertimbangan masyarakat semakin kompleks dalam menentukan pilihan. Artinya bahwa kecenderungan petahana yang dinilai gagal, akan sulit memenangkan kontestasi. Sebaliknya figur baru yang membawa harapan baru justru akan lebih mendapat tempat dihati pemilih,” kuncinya.(*)
Komentar