PADANG – Insiden polisi menembak polisi kembali mencoreng institusi Polri. Peristiwa terbaru terjadi di Solok Selatan, Sumatera Barat, di mana Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ryanto Ulil Anshar, tewas ditembak oleh Kabag Ops Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar, pada Jumat (22/11/2024) dini hari.
Penembakan ini diduga kuat berkaitan dengan persoalan tambang ilegal yang telah menjadi sorotan.
Menanggapi peristiwa ini, Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, menyampaikan kritik tajam terhadap kepemimpinan di tubuh Polri, khususnya di tingkat Polres.
Frederik menyatakan keprihatinannya atas insiden ini dan menduga bahwa akar masalah sudah berlangsung lama. “Sebagai mantan anggota Polri, saya sangat prihatin. Kejadian ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, melainkan persoalan yang sudah lama terpendam. Di sinilah pentingnya kepemimpinan seorang Kapolres untuk jeli melihat masalah di bawahnya,” ungkap Frederik.
Ia menyoroti pentingnya pendekatan yang dilakukan oleh pimpinan kepada anggotanya. Menurutnya, menjaga hubungan tanpa menciptakan jarak atau kesan favoritisme sangat penting untuk mencegah kecemburuan di internal. “Terkadang ada yang dianakemaskan, dan itu memicu kecemburuan serta konflik. Kapolres harus cepat tanggap, terutama jika terjadi perseteruan seperti antara Kasat Reskrim dan Kabag Ops ini,” tambahnya.
Proses Penanganan yang Tidak Sesuai SOP
Frederik juga menyoroti penanganan kasus ini yang dinilainya jauh dari prosedur standar operasional (SOP). Ia mengkritik pelaku yang terlihat bebas tanpa diborgol. “Seharusnya hukum berlaku sama untuk semua, termasuk pelaku dari internal Polri. Kalau kita lihat, ada pelaku yang bebas merokok tanpa diborgol. Apakah itu sudah sesuai SOP?” tanyanya.
Frederik menilai insiden ini menunjukkan lemahnya peran kepemimpinan Kapolres. Ia menduga Kapolres mengetahui konflik antara Kasat Reskrim dan Kabag Ops jauh sebelum tragedi terjadi. “Kalau sudah ada tanda-tanda konflik, intelijen dan Propam seharusnya segera bertindak. Kapolres juga harus memanggil pihak-pihak terkait dan menyelesaikan masalah secara terbuka,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa tekanan psikis dapat memengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam situasi seperti ini. “Kalau ada anggota yang berada di bawah tekanan psikis, sangat mungkin dia bertindak di luar batas, seperti yang baru saja terjadi. Kapolres harus cepat mengambil langkah untuk menghindari tragedi seperti ini,” jelas Frederik alumni Akpol 1988 ini.
Polri Harus Berbenah
Frederik menegaskan bahwa kejadian seperti ini tidak boleh terulang lagi. Ia meminta Polri untuk melakukan evaluasi menyeluruh agar masalah internal dapat segera diidentifikasi dan diselesaikan. “Polri harus lebih baik lagi. Jangan sampai insiden polisi tembak polisi seperti ini terjadi lagi. Kepemimpinan yang kuat dan pendekatan humanis sangat diperlukan untuk menjaga integritas institusi,” tutupnya.
Insiden ini menjadi tamparan keras bagi institusi Polri yang terus berjuang memperbaiki citra di mata publik. Investigasi mendalam perlu dilakukan agar peristiwa serupa tidak terulang dan keadilan bisa ditegakkan. (*)