MAKASSAR – Film karya cineas Makassar berjudul De Toeng tengah melejit di pasar industri per-film-an nasional. Telah tayang di 126 layar bioskop se-Indonesia.
Bahkan, memasuki hari kesepuluh film itu tayang, respons masyarakat terbilang cukup antusias. Jumlah penontonnya kini menembus 30 ribu orang dari yang ditargetkan 65 ribu penonton.
Kisah film ini bercerita tentang masyarakat Turate di Kabupaten Jeneponto di masa lalu, yang masih dipercayai hingga saat ini.
Baca Juga :
Hal itu dikatakan penulis ide cerita De Toeng, Asmin Amin dalam keterangannya, Selasa (23/02/2021). Yang menurutnya, alur film ini untuk memperkenalkan budaya lokal ke kanca nasional.
“Film ini unik, karena cerita ini awalnya berangkat dari bukit Toeng di Jeneponto. Biasanya, kalau ada nama seperti itu, pasti ada cerita di baliknya. Akhirnya kita cari tau. Setelah enam bulan kita cari tau, kita tidak temukan maksud di balik nama bukit itu,” tutur Asmin Amin menjelaskan.
Tidak sampai di situ, upaya untuk mencari tahu makna di balik Bukit Toeng itu terus digali Asmin Amin. Lalu berakhir dengan cara ritual.
“Kebetulan kita punya teman indigo, dan kita ajak dia ke Gedung Kesenian, kita ritual. Setelah itu, akhirnya disinopsiskanlah cerita ini,” jelasnya.
Asmin Amin yang juga berperan sebagai Karaeng Ledeng di film ini pun bilang, cerita ini De Toeng pertama kali di-film-kan pada tahun 2018 lalu. Akan tetapi semakin kuat di tahun 2021 ini.
Menurutnya, De Toeng telah memberi warna baru dalam dunia per-film-an Indonesia. Sebab mengangkat genre Etnografi.
“Ini genre baru (Etnografi), yang mengangkat cerita lokal ke kanca nasional. Jadi ini cerita tentang budaya Turatea, orang Jeneponto. Diproduksi oleh Turatea Production. Yang juga kental dengan nama daerah,” kata dia.
Dengan tayangnya film De Toeng ini, Asmin Amin berharap masyarakat khususnya di Sulsel bisa memberi dukungan dengan menonton langsung ke bioskop.
Sementara itu, salah satu tokoh pemuda yang juga kerap bergelut dalam dunia industri kreatif, Eka Sastra, secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap film ini.
“Saya mengapresiasi teman-teman. Saya jauh-jauh ke sini cuma mau memberi semangat. Kita mau kembangkan ekonomi kreatif yang berbasis otak dan kreativitas,” tuturnya.
Begitu juga yang disampaikan Budayawan Makassar, Marwan R Hussein. Baginya, De Toeng adalah film yang memiliki budaya dari cerita rakyat yang mendidik.
Dia menilai, film ini dikemas dengan baik seiring dengan perkembangan cinematografi yang kian melejit.
“Dunia cinematografi ini kan mulai melejit, penikmat film tidak pernah hilang. Jadi De Toeng ini menyentuh segmen tersendiri,” ucapnya. (*)
Komentar