SIDRAP – Ketinggian air yang sudah mencapai sebatas atap rumah akibat terjangan banjir, membuat sejumlah warga Kampung Wette’e, Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidrap terpaksa mengungsi. Pantauan langsung wartawan lintasterkini.com di lokasi, terlihat ratusan warga di Kampung Wette’e sudah mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman, Kamis, (22/6/2017).
Warga terlihat sibuk mengemas barang-barangnya seperti pakaian sehari-hari, lemari, televisi, kulkas, dan lainnya untuk dibawa ke tempat yang lebih tinggi, yang lebih aman dari terjangan banjir.
Banjir terparah lainnya juga terjadi di Desa Teteaji, Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidrap. Banjir itu akibat luapan Danau Tempe dan Sidenreng yang terjadi sejak awal Ramadhan. Banjir kali ini, lebih besar dari beberapa hari sebelumnya.
“Akibat hujan deras yang terus menguyur, banjir kembali datang dengan ketinggian mencapai lima meter, bahkan sudah mencapai atap rumah warga. Kami pun memilih mengungsi untuk menyelamatkan diri dan barang-barang berharga lainnya,” kata Jumadi, salah seorang warga Kampung Wette’e.
Akibat musibah banjir yang melumpuhkan akitivitas warga di dua kecamatan tersebut, warga korban banjir mulai kekurangan air bersih. Selain itu, warga di pengungsian juga sudah mulai terserang berbagai penyakit seperti diare dan gatal-gatal.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidrap yang terjun ke lokasi, turut membantu evakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Petugas juga memberikan bantuan sembako dan bambu untuk menahan eceng gondok masuk ke pemukiman warga.
Kepala BPBD Sidrap, Siara Barang dalam keterangannya mengatakan, banjir susulan kembali terjadi. Bahkan banjir susulan itu makin meluas dan mengakibatkan ratusan rumah penduduk, sarana publik dan lahan pertanian terendam air di dua wilayah kecamatan tersebut.
Selain itu, seluruh aktivitas warga setempat lumpuh karena seluruh akses jalan raya tidak dapat dilalui. Untuk transportasi, warga hanya menggunakan perahu.
“Keperluan mendesak warga saat ini adalah sembako dan penambahan batang bambu yang akan ditancapkan ke samping-samping rumah mereka. Itu untuk menghalau eceng gondok agar tak masuk ke pemukiman dan merusak rumah warga,” jelas Siara Barang. (*)