Surya Paloh Jilat Ludah, Nasdem Ditinggal Pemilih

Surya Paloh Jilat Ludah, Nasdem Ditinggal Pemilih

Surya Paloh

JAKARTA — Partai Nasdem diterpa isu perpecahan internal. Namun buru-buru, Surya Paloh membantahnya. Ia tegaskan tak akan mengambil alih kepengurusan DPP Partai Nasdem. Keputusan bos Metro TV itu pun dinilai pengamat sudah tepat.

“Kita paham betul Surya Paloh dengan power yang dimilikinya bisa saja merebut atau mengambil alih kepengurusan partai, tapi sebaiknya itu dihindari. Jadi menurut saya, keputusan Surya Paloh itu sudah bagus dan tepat,” ujar pengamat politik dari Unversitas Parahyangan, Prof. Asep Warlan Yusuf, yang dihubungi beberapa saat lalu, Jumat (23/11).

Isu Surya Paloh yang saat ini menjabat Ketua Majelis Nasional DPP Partai Nasdem akan mengambil alih kepengurusan partai sebelumnya dihembuskan oleh Ketua Majelis Pertimbangan Ormas Nasional Demokrat, Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto.

Menurut dia, Surya Paloh akan mengambil alih kepengurusan Partai Nasdem saat partai menggelar konvensi pada Januari 2013.
Alasan pengambil alihan adalah karena Ketua Umum Patrice Rio Capella dan dan Sekjen Ahmad Rofiq hanya diberi mandat untuk membentuk partai, sehingga tugasnya sudah berakhir.

Menurut Asep Warlan, sudah semestinya Surya Paloh memang bersikap demikian. Bila saja Surya Paloh menjadi ketua umum partai, maka hal itu justru mengecilkan posisinya.

“Posisi dia sekarang justru sudah sangat terhormat, menjadikan dirinya sekaliber Prabowo atau SBY. Sebagai Ketua Majelis Nasional DPP Partai Nasdem, selain bisa membina kader ke bawah, yang itu berarti menjadi panutan, Surya Paloh juga bisa berhadapan dengan partai lain yang kelasnya bukan setingkat ketua umum partai, tapi dengan dewan pembina,” bebernya.

Dia mengingatkan, kalau saja nanti terbukti Surya Paloh melanggar penegasan yang disampaikannya, maka hal itu akan berdampak buruk bagi citra dan kelangsungan partai. Selain konflik internal di tubuh partai akan terus berlangsung dan semakin meluas, rasa simpati dan jatuh cinta rakyat yang selama ini ada terhadap partai juga akan mengendur dan beralih.

“Bahasa saya akan ada turbulensi politik, dimana pemilih menjadi tidak simpatik dengan partai Nasdem,” tuturnya.
Menurut dia, bisa saja kepengurusan yang ada diberhentikan tapi dengan alasan kesalahan atau kekurangan yang mereka miliki. Bukan karena desakan dan alasan yang tidak jelas dari minoritas internal partai.

“Masa belum apa-apa sudah diganti. Kalau mau gemilang di pemilu 2014 harus solid. Perpecahan bisa membuat rakyat beralih simpati,” kata Asep mengingatkan. (rmol)