JAKARTA – Dewan Penasehat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Emil Salim di salah satu media nasional terbitan, Kamis (23/2/2017) menyebut RUU Pertembakauan hanya akan menjerumuskan generasi muda bangsa ke dalam jurang kehancuran. Emil menuding jika RUU inisiatif DPR ini ditanggapi pemerintah, sama saja terselip kepentingan industri rokok dan bau politik uang.
Menanggapi pernyataan Emil itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Parmuji menilai, para kelompok anti tembakau telah gagal dalam membaca RUU Pertembakaun secara utuh. Pihaknya menyayangkan mereka yang begitu anti terhadap RUU Pertembakauan.
“Mereka tidak mau memahami dengan cara pandang lebih luas, tentang pentingnya RUU Pertembakauan,” ujar Agus Parmudji dalam keterangan pers yang diterima redaksi lintasterkini.com, Jumat (24/2/2017).
Kata dia, RUU Pertembakauan, merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kedaulatan petani di masa depan. Ketika disahkan menjadi UU, ini menjadi bukti nyata negara memiliki kebeperpihakan kepada petani tembakau di Indonesia.
“Seharusnya kelompok anti tembakau itu jangan terlalu anti, seharusnya mereka mendukung karena untuk kepentingan petani tembakau yang hidupnya masih tergantung pada pertembakauan,” tegas Agus.
Agus menilai, kelompok anti tembakau tidak paham dengan konstruksi pasal yang tertuang dalam RUU Pertembakauan. Pasalnya, semua pihak, sudah diatur. Mulai dari etika merokok, kawasan tanpa rokok, larangan penjualan rokok di bawah 18 tahun, dan paling penting larangan impor tembakau.
“Ini kan bentuk penting dari kedaulatan. Kalau mereka mencintai Indonesia seharusnya mendukung, karena ada klausul pasal yang mengatur tentang larangan impor tembakau. Ketika menolak, mereka menolak untuk kepentingan siapa,” tegas Agus.
Seharusnya, kelompok anti tembakau dapat memahami terlebih dulu pasal-pasal dalam RUU Pertembakauan itu. Alasan dia, karena RUU itu untuk petani tembakau, agar mereka bisa menikmati kesejahteraan hidup di negeri sendiri.
“Bagi kami, RUU itu harus didorong,” katanya
Jika argumentasi kesehatan yang selalu jadi acuan, maka tidak akan ada titik temu dan tidak akan nyambung. Seharusnya, kelompok anti tembakau itu juga berpikir dari sisi petaninya, kata Agus lagi.
“Kami tidak membenci orang yang tidak merokok, tidak membenci orang yang pro kesehatan, tetapi kepentingan petani tembakau juga harus diperhatikan,” tandasnya. (*)