Lintas Terkini

Pesan Panglima TNI Hadapi Dampak Negatif Era Digitalisasi

Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P berbicara menghadapi ancaman dampak negatif digitalisasi yang nyata saat ini.

MALANG – Menghadapi ancaman dampak negatif digitalisasi yang nyata saat ini, Bangsa Indonesia harus membangun pemuda-pemuda yang mampu merubah dirinya menjadi pintar dan mampu menghadapi ancaman global. Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P pada silaturahmi dengan tokoh masyarakat Malang Raya di Auditorium KH. Masjkur, Yayasan Sabilillah Malang, Jawa Timur, Jumat malam (23/2/2018).

Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyampaikan, kemajuan pesat yang tak terduga di berbagai bidang khususnya bidang digital, computing power, dan analisa data selalu memiliki paradoks yang membuka peluang ancaman. Beberapa diantaranya yang paling signifikan, sebutnya, adalah ancaman siber atau cyber threats, ancaman biologi atau bio-threats dan ancaman kesenjangan atau inequality threats.

“Bayangkan dengan teknologi digital siber, permasalahan kecil saja bisa dipelintir dan dimasukan ke media Facebook dan Twitter. Masalah kecil dibesar-besarkan, akhirnya masyarakat menjadi resah,” kata Panglima TNI.

Lebih lanjut, Hadi Tjahjanto menambahkan, melalui teknologi digital dengan memanfaatkan profiling data dan data analisis, para aktor non state selalu memonitor pemuda-pemuda yang sering membuka internet. Kemudian para pemuda tersebut ‘dibina’ menjadi apa yang sekarang kita kenal dengan “Lone Wolf” atau serigala tunggal.

“Saya sangat mendukung pemikiran Yayasan Sabilillah ini untuk menjadikan Masjid Sabilillah bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat peradaban. Bagaimana membangun bangsa menjadi unggul, bangsa yang benar-benar mampu menghadapi tantangan global,” ujar Hadi Tjahjanto lagi.

Selain ancaman siber dan biologi, ancaman kesenjangan ekonomi atau inequality threats saat ini merupakan ancaman yang berdampak signifikan. Menurut Panglima TNI, ancaman penguasaan ekonomi oleh sekelompok orang akan menghasilkan keberlimpahan, namun tetap merupakan krisis bagi pihak yang tidak memilikinya. Hal ini berpotensi menciptakan fenomena kesenjangan yang semakin lebar di masyarakat.

“Semakin besar kesenjangan ekonomi maka akan semakin banyak tumbuh bentuk-bentuk ekstrimisme, radikalisme dan populisme yang pada akhirnya berusaha mendeligitimasi otoritas Pemerintah yang sah,” paparnya.

Menurutnya, untuk mengantisipasi berbagai spektrum tantangan tersebut, aparat keamanan tidak bisa berjalan sendiri, perlu kebersamaan dengan komponen-komponen bangsa lainnya. Adanya sinergi yang erat antara TNI dan rakyat tersebut dapat memperkuat ketahanan nasional, sehingga menciptakan stabilitas yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. (*)

 

Exit mobile version