Kehidupan Muslim di Korut Sangat Damai, Beda Jauh dengan Myanmar

Kehidupan Muslim di Korut Sangat Damai, Beda Jauh dengan Myanmar

KOREA UTARA – Tragedi Muslim Rohingya tidak hanya mencoreng nama Myanmar sebagai sebuah bangsa, namun juga Asia Tenggara secara keseluruhan. Padahal Asia Tenggara merupakan kawasan yang sejak lama dinilai sangat stabil dan minim konflik berskala global.

Anggapan serupa tentu tidak berlaku di negeri komunis Korea Utara. Diktator dan propaganda politik merupakan dua dari sekian banyak alasan mengapa Korut begitu dibenci dunia. Kebijakan pemerintah untuk menutup akses informasi menjadikan penduduk Korut tersisolasi dari dunia internasional.

Begitu juga sebaliknya karena tidak banyak yang mengetahui mengenai kehidupan masyarakat Korut, baik secara spiritual maupun sosial. Maka tidak mengherankan bila dunia luar berpendapat bila otoritas Korut memperlakukan rakyatnya secara kejam dan brutal. Gambaran mengerikan yang hadir menjadi persepsi satu arah.

Namun nampaknya Myanmar perlu belajar satu hal dari Korut yakni soal toleransi beragama. Terlepas dari kebijakan politik Kim Jong Un yang kontroversial, nyatanya Korut menjamin kebebasan beragama bagi setiap penduduknya.

Selayaknya negara komunis sebenarnya, Korut memberlakukan aturan ketat perihal agama. Namun nyatanya, Islam mendapat perlakuan baik meski hadir sebagai minoritas. Tekanan berupa benturan agama secara fisik dan mental tidak pernah terjadi di Korut.

Seperti dikutip dari North Korea News bila salah satu bukti nyata kemajemukan tersebut adalah dengan berdirinya Pyongyang Mosque sebagai satu-satunya masjid di negeri gingseng tersebut. Padahal di Korut perizinan untuk dapat mendirikan rumah ibadah sangatlah sulit.

Lafaz Allah terpasang di puncak menara masjid yang cukup besar dan megah tersebut. Pyongyang Mosque ternyata dibangun oleh kedutaan besar Iran. Kini masjid tersebut hadir sebagai pusat agama Islam di Korut.

Kemudian kegiatan ibadah ternyata dilegalkan sehingga tidak sedikit turis mancanegara yang menjalankan ibadah di Pyongyang Mosque. Salah satu lembaga yang aktif melakukan perayaan hari besar Islam adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia, baik itu Nuzulul Quran hingga Idulfitri.

Jumlah pemeluk Islam di Korut memang sangat sedikit karena tidak lebih dari satu persen. Islam masuk Korut karena dibawa oleh duta besar negara lain dan para diplomatik.

Korut memang tidak menakutkan seperti bayangan banyak kalangan. Seperti dikutip dari Daily Mail bila suasana Kota Pyongyang nyatanya sangat damai. Tidak nampak kesuraman seperti perkiraan. Bahkan Pyongyang dinilai sangat bersih dan dipenuhi gemerlap lampu kota. (*)