MAKASSAR – Pada tahun 2020 hingga 2030, Indonesia akan mengalami fase bonus demografi. Di tahun itu, jumlah penduduk produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk non produktif. Sekaitan dengan itu, pemuda harus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Dikatakan Wakil Ketua DPW LDII Sulawesi Selatan, Dr Sukardi Weda, SS, M.Hum, M.Pd, M.Si, MM, M.Sos.I, MAP, bonus karena tidak terjadi terus-menerus, melainkan hanya terjadi sekali dalam beratus-ratus tahun. Jumlah usia produktif yaitu 15 sampai 64 tahun akan mencapai 70 persen. Sedangkan jumlah penduduk non produktif yaitu usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun angkanya hanya 30 persen.
Hal itu dijelaskan oleh Dr Sukardi Weda saat menjadi narasumber dalam diskusi temu Pemuda Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Makassar di Masjid Nurul Hakim, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, (24/3/2018). Hadir dalam diskusi ini, Ketua DPD LDII Kota Makassar, Drs. Renreng Tjolli, M.Ag.
Baca Juga :
Adapun diskusi dipandu Wakil Sekretaris LDII Sulawesi Selatan, Ilmaddin Husain, S.Pd. Kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa ini bertajuk ‘Peran Generasi yang Berkarakter Profesional Religius dalam Menghadapi Bonus Demografi’.
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama DPD LDII Kota Makassar dengan Forum Dakwah Mahasiswa Islam (FDMI). Dalam diskusi tersebut, Sukardi menyampaikan materi ‘Peran Generasi Z yang Berkarakter Profesional Religius Menghadapi Bonus Demografi’.
“Sebagai generasi yang hidup di abad digital, pemuda LDII perlu memahami literasi digital,” kata Sukardi.
[NEXT]
Sukardi melanjutkan, dalam menghadapi bonus demografi, pemuda harus memaksimalkan potensi diri dengan education (pendidikan), employment (lapangan kerja), dan engagement (partisipasi). Pertama, adalah education (pendidikan), dimana dalam menghadapi tantangan yang ada, sebagai generasi muda dituntut untuk menjadi generasi yang well-educated dengan kemampuan mumpuni di bidang-bidang vokasional, literasi keuangan dan digital.
“Selain itu, kemampuan soft skill terkait komunikasi, critical thinking, kreatifitas, kolaborasi (team work), dan entrepreneurship,” ujar Dewan Pakar ICMI Orwil, Sulawesi Selatan ini.
Kedua, kata Sukardi, adalah employment atau lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan menjadi elemen penting yang harus dikembangkan dalam menghadapi era bonus demografi. Alasan inilah sehingga Pemerintah gencar melancarkan beragam program untuk menghasilkan wirausahawan muda. Ketiga, dibutuhkan engagement (partisipasi).
“Dari dulu, pemuda terkenal sebagai motor penggerak yang menancapkan tonggak-tonggak sejarah bangsa ini,” ungkapnya.
Pihaknya mengajak Pemuda LDII meningkatkan kompetensi individu. Dia berpesan agar pemuda menjadi insan pembelajar sebagai upaya untuk selalu meningkatkan kualitas diri, baik di bidang agama maupun di bidang profesi masing-masing. Langkahnya melalui upaya pencarian dan pemahaman ilmu agama dan diikuti dengan ilmu lainnya sesuai dengan jalur pilihan profesi masing-masing.
“Selain itu, tingkatkan kualitas perilaku dengan rujukan moralitas 6 tabiat luhur sebagai bagian dari aktivitas dakwah (dakwah bil-hal). Enam tabiat luhur yakni rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, dan kerja keras lagi hemat,” papar Wakil Ketua Komisi Informasi dan Media MUI Sulawesi Selatan ini. (*)
Komentar