JAKARTA – Ledakan bom yang terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur Rabu (24/5/2017) malam, disinyalir disebabkan banyaj faktor yang memicunya. Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala menduga dapat saja ledakan itu bernuansa politis.
Sebab dari sejarahnya, teror selalu bernuansa politis. Apalagi bom tersebut memiliki daya ledak yang merusakkan.
“Tidak pernah bom bertujuan semata-mata untuk lukai orang, lebih kepada suatu simbol politik,” ujarnya.
Baca Juga :
Sementara dari segi pelaku, bom bisa dilakukan pemain lama dan pemain baru. Untuk pemain lama, potensi pelaku mengarah kepada Islamic State Irak and Syria (ISIS).
Potensi itu cukup besar mengingat ISIS memiliki kemampuan dari segi pembuatan bom dan pendanaan. “Dewasa ini yang mungkin melakukannya adalah dia (ISIS). Kalau kelompok lain sudah kembang kempis, tinggal itu yang masih kuat. Atau mungkin juga ini bentuk keadaan terdesak dengan melawan berbagai cara,” duga Adrianus.
Ada juga kemungkinan bom tersebut berkaitan dengan bom di negara lain. Salah satunya yang terjadi di Manchester Arena, London, Inggris, saat konser Ariana Grande, Senin (22/5/2017). “Pemain lama belum semuanya terguling. Kalau kita lihat ada kasus bom Manchaster, jangan-jangan ada semacam jaringan,” ucapnya.
Sementara dugaan dilakukan pemain baru ada tiga faktor kemungkinan. Pertama berkaitan dengan momen Pilkada 2017 kemarin. Kedua, konflik horizontal terkait Kebhinekaan. Ketiga, untuk menyasar tokoh-tokoh yang tidak disenangi.
“Mungkin sisa-sisa saat Pilkada, demikian pula soal konflik horizontal, atau ketidaksenangan terhadap beberapa tokoh. Itu mungkin juga semacam alasan,” pungkasnya.
Pelaku bom bunuh diri sendiri teridentifikasi bernama Vicky Kurniyanto (20), warga Kampung Cibodas RT 01/01 Cibodas, Tangerang.
Akibat ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, arus lalulintas mengalami kemacetan cukup panjang hingga menuju bandara Soekarno Hatta. (*)
Komentar