PALU – Pendidikan di era globalisasi dan Revolusi Industri ke-4 (Industry 4.0) bukan saja memasuki era borderless education,
tetapi juga borderless career. Pendidikan tidak lagi punya sekat.
Karier juga tak lagi punya batas. Konsekuensinya, lulusan lembaga pendidikan diharapkan dapat memasuki lapangan kerja pada
era ini dengan bekal memadai.
Untuk itu pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, harus memberikan persiapan dan memiliki jaringan dan kolaborasi yang baik. Hal ini disampaikan oleh Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Dr. Yanuar Nugroho di depan lebih dari dua ribu sivitas akademika
dan alumni Universitas Tadulako, Palu, Jumat, (24/8/2018).
Yanuar menjelaskan perkembangan ekonomi digital dan dampaknya di masa depan, khususnya di dunia kerja. Yanuar yang juga
adalah seorang Honorary Research Fellow di University of Manchester Inggris menegaskan, di Indonesia tengah dan timur,
khususnya di Palu, termasuk di Universitas Tadulako, terbukti bahwa pembangunan infrastruktur membawa dampak positif pada
perkembangan sumber daya manusia, baik dan pembangunan secara sosial, ekonomi, maupun budaya.
“Arah pembangunan pemerintah kedepan akan makin berfokus pada pengembangan sumber daya manusia. Ekonomi digital harus bisa dimanfaatkan dalam strategi pembangunan SDM ini,” kata Yanuar Nugroho, Ilmuwan di bidang inovasi digital dan pernah bekerja sebagai Deputi Perencanaan di Uni Eropa ini.
Kegiatan yang dibuka oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. Longki Djanggola, M.Si, Apt ini merupakan bagian dari temu alumni
akbar dan Career Day Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Acara ini juga dihadiri oleh akademisi dari IPB dan Ghent
University, Belgia.
Universitas Tadulako sendiri mencatat prestasi luar biasa di bidang pertanian. Pada tahun 2013-2015 universitas negeri di
Sulawesi Tengah ini menjadi anggota konsorsium yang terdiri dari 3 Universitas dari Eropa dan 6 dari Asia, berkerja sama
menyelesaikan studi “Erasmus Mundus Alumni Employability Study in the field of Agriculture and related life sciences”.
Studi tersebut dikenal dengan nama ASK-ASIA, yang dibiayai oleh pihak Uni Eropa. Tahun 2017-2019 universitas di kota yang
pernah terpuruk karena dampak konflik Poso ini tetap berkerjasama pada konsorsium Eropa dan Asia ini, dan saat ini sedang melaksanakan kegiatan kerjasama berjudul “Support of International Platform Merging Labour and Education” (Simple project), yang juga dibiayai Uni Eropa dengan tujuan meningkatkan kesempatan kerja alumni melalui pemberdaayaan Career dan alumni Centres.
Dr. Aiyen Tjoa, akademisi senior di Faperta Tadulako dan anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI_, serta salah satu
pemrakarsa acara ini menjelaskan, tamu internasional dari Ghent University Belgia ini, hadir sebagai perwakilan Simple
project.
“Mereka akan ikut serta melihat dan mengalami perkembangan hubungan lembaga pendidikan pertanian dan industri terutama di
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Ini hal yang amat membanggakan,” kata Dr Aiyen Tjoa. (*)