PANGKEP – Setelah ditinggal istrinya satu tahun yang lalu, Hamid (40), warga Lokasaile, Kecamatan Pangkajene, Pangkep ini harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi tiga orang anaknya. Ketiga anaknya kini duduk dibangku kelas 1, 2 dan 6 di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Pangkep.
“Istri saya meninggal satu tahun yang lalu karena penyakit lepra, setalah itu saya dibantu tiga anak saya melanjutkan hidup sebagai pemulung,” ujar Hamid saat ditemui disela-sela aktifitasnya mencari botol plastik bekas, Minggu malam, (25/9/2016).
Sebagai pemulung, setiap hari Hamid harus mengatur waktu memulung dan mengurus ketiga anaknya yang sementara menempa pendidikan.
“Subuh saya berangkat, jam 6 pagi sudah di rumah mengantar anak sekolah. Siang atau malam hari anak-anak saya membantu ikut berkeliling mencari botol plastik, kertas dan kardus,” terang Hamid.
Hamid mengaku, aktifitasnya sudah ditekuninya sejak lama, namun bukan berarti dia tidak ingin beralih profesi. Profesi apapun menurut Hamid akan dia lakukan yang penting halal dan dapat menghidupi ketiga anaknya.
“Saya sebetulnya mau jual-jualan Pak, cuma terkendala modal. Hasil dari memulung hanya cukup untuk makan sehari-hari, kontrakan dan biaya sekolah anak-anak. Sudah 12 tahun saya kerja seperti ini, memulung,” ungkapnya.
Namun begitu, warga asli Makassar ini mengaku senang dengan pekerjaannya saat ini. Selain karena penghasilannya yang lumayan, resiko pekerjaannya pun relatif kurang.
“Lumayan Pak, bisa dapat Rp50 ribu sampai Rp60 ribu per hari, apalagi pekerjaan begini tidak ada resikonya,” terangnya.
Tiga anak Hamid, Prestiwi (8), Rezki (9) dan Nini (11), masing-masing kelas 1, 2 dan 6 di SD 34 Lokasaile juga tidak henti-hentinya membantu ayahnya, Hamid mencari botol plastik dan kardus bekas. Bahkan anak tertuanya, Nini yang malam itu ikut membantu Hamid mengaku dirinya menjalani hari-hari membantu bapaknya, tidak seperti anak seumurannya yang bisa menghabiskan waktu bermain.
Dia mencoba tegar, walaupun tak jarang diolok oleh teman sekolahnya karena profesi keluarganya sebagai pemulung.
“Iye tidak maluji Pak, yang penting tidak mencuri. Sering juga diolok sama teman laki-laki di sekolah,” ujar Nini.
Saat ditanya cita-citanya kelak, Nini mengaku suatu saat nanti dia ingin menjadi seorang perawat. Menurutnya dengan menjadi seorang perawat akan sangat mulia bisa membantu banyak orang yang kesakitan, juga dengan begitu dia ingin meringankan beban bapaknya.
“Mau jadi perawat, bantu bapak,” ungkap Nini dengan seulas senyum manis dari bibirnya yang mungil. (*)