MAKASSAR – Orang Bugis perantauan di Kota Ternate masih mempertahankan bahasanya dalam ranah keluarga baik ditinjau dari kategori umur dan pekerjaan. Demikian dikatakan Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr. H.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Selasa (25/9/2018).
Ia menyatakan saat membawakan makalah berjudul Pemertahanan Bahasa Bugis di Kota Ternate (Studi kasus pada masyarakat Bugis yang tergabung dalam KKSS) pada Kongres Internasional III Bahasa-Bahasa Daerah di Sulsel yang digelar di Hotel Sahid Jaya Makassar pada 24-27 September 2018.
Makalah yang dipaparkan itu ditulis secara bersama dengan Sasmayunita, dosen dari Universitas Khairun Ternate. Dijelaskan, faktor pendukung pemertahanan Bahasa Bugis di Kota Ternate adalah kecintaan terhadap Bahasa Bugis.
“Selain itu karena kesadaran adanya norma bahasa, kebanggaan bahasa, usia, dan pekerjaan,” kata Doktor Linguistik PPs-Unhas ini.
Pada pemertahanan bahasa, komunitas secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah digunakan secara tradisional. Munculnya kesetiaan bahasa oleh penuturnya itu akan mempunyai kemampuan yang lebih bagi bahasa Bugis untuk bertahan atau daya hidupnya akan tetap tinggi.
“Pertimbangan ini menunjukkan bahwa Bahasa Bugis tetap berada pada posisi aman (save) di perantauan,” ungkap mantan Dekan FKIP Unismuh Makassar ini.
Suku Bugis, kata Dr H Andi Sukri Syamsuri, merasa bangga dengan bahasanya. Kebanggaan terhadap bahasa ini (language pride)yang mendorong orang Bugis mengembangkan bahasanya.
“Bahasa Bugis menjadi identitas orang Bugis di Ternate. Mereka tetap menggunakannya sebagai bahasa sehari-hari dalam lingkungan keluarganya,” kata mantan anggota Tim Seleksi Anggota KPU Provinsi Sulsel ini.
Selain itu juga dipergunakan saat berjumpa dengan sesama penutur Bugis. Karena Bahasa Bugis dianggap menjadi media untuk menjaga kesatuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hariSekalipun mereka berada di tanah rantau. (*)
Komentar