Apresiasi Penuh Makna dari Frederik Kalalembang untuk IkaT Jabodetabek dan Panitia Tammu Mali’ 2025

JAKARTA — Usai suksesnya pelaksanaan Tammu Mali’ 2025 di Bumi Perkemahan Cibubur, Sabtu (25/10/2025), gelombang apresiasi mengalir deras dari berbagai kalangan masyarakat Toraja di perantauan.

Acara yang digelar sejak pagi hingga petang itu bukan hanya menampilkan dero, lagu-lagu daerah, dan kehangatan perjumpaan, tetapi juga menghadirkan makna mendalam tentang persaudaraan yang tak lekang oleh waktu.

Salah satu apresiasi paling hangat datang dari Anggota DPR RI dan Ketua Umum Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IkaTNus), Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang, yang hadir langsung dan menyaksikan kemeriahan acara tersebut. Frederik menyampaikan rasa hormat, bangga, dan terima kasih yang tulus kepada Ketua IkaT Jabodetabek, drg. Ferry Latanna, Sp. PM, FISID, serta Ketua Panitia, Berthanatalia, SH., MH, beserta seluruh panitia yang telah bekerja keras mewujudkan kegiatan ini dengan penuh dedikasi.

“Saya salut dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Ketua IkaT Jabodetabek dan seluruh panitia. Di tengah akhir masa kepengurusan, mereka masih menyalakan api semangat dan berhasil menghadirkan pertemuan yang luar biasa. Ini adalah bukti cinta kepada Sangtorayaan, cinta yang tidak mengenal masa jabatan, tetapi hidup karena kerinduan akan kebersamaan,” ujar Frederik.

Frederik menegaskan bahwa Tammu Mali’ adalah perayaan persaudaraan, bukan tentang organisasi atau atribut. “Mari kita lepaskan semua simbol dan kepentingan pribadi. Dalam acara seperti ini, kita datang bukan membawa bendera, tapi membawa hati. Karena Toraja itu satu, satu darah, satu bahasa kasih, dan satu kerinduan untuk saling bertemu,” tuturnya penuh makna.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat Toraja di rantau untuk terus menjaga semangat siangkaran, saling membantu dan saling menopang satu sama lain. “Bersaudara bukan hanya dalam pesta, tapi juga dalam duka dan perjuangan. Di manapun kita berada, kita tetap satu keluarga besar Sangtorayaan. Itulah kekuatan kita,” ucapnya.

Menurut Frederik, apa yang dilakukan IkaT Jabodetabek dapat menjadi contoh bagi provinsi lain di seluruh Indonesia. Ia menilai, kebersamaan tak selalu harus diwujudkan dengan kemegahan, tetapi cukup dengan kesederhanaan yang sarat makna. “Tidak perlu besar dan glamor, yang penting tulus dan menghangatkan. Acara ini sederhana, tapi luar biasa. Karena di sinilah kita belajar kembali bahwa makna Toraja bukan pada seremonial, tapi pada hati yang saling menengok,” ungkapnya.

Menutup pernyataannya, Frederik Kalalembang menyampaikan wejangan yang sarat nilai budaya dan persaudaraan:

“Marilah kita terus saling menopang, menjaga persaudaraan, dan menyalakan semangat Sangtorayaan. Jangan biarkan sekat dan atribut memisahkan kita, karena kita semua berasal dari akar yang sama, akar kasih, akar budaya, akar Toraja.”

Dan dengan senyum tenang yang mencerminkan kebanggaannya sebagai anak Toraja, Frederik menutup dengan pantun penuh makna:

Sikamali’ to Sangtorayaan, di rantau ma’paramai-ra’pa’,
Sanda’pa’ tallu to’ sanggamu’na, ta’pa’dalle’ to’ mena-mena.

(Bersaudara kita orang Toraja, di rantau saling berpegangan, bersatu dalam kasih dan ketulusan, agar terang kehidupan kita tak pernah padam.)

Tammu Mali’ 2025 bukan sekadar sebuah acara, melainkan sebuah pesan hidup, bahwa semangat Toraja akan selalu menyala, sederhana, hangat, dan menyatukan. (*)