MAKASSAR – Rafindo Galesong Film dalam waktu dekat ini akan mendongkrak perfilmman di kawasan Indonesia Bagian Timur, yakni ‘Pamanca’ yang merupakan seni bela diri khas dari Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Film ‘Pamanca’ sendiri merupakan salah satu dari beberapa beladiri rahasia, yang diwariskan oleh para leluhur terdahulu dalam menjaga diri, sekaligus bertarung dalam mengusir penjajah atau Belanda yang saat itu sedang melakukan praktek perbudakan di jamannya.
‘Pamanca yang seyogyanya diketahui merupukan, seni beladiri rahasia yang tersembunyi dan konon katanya, jurus-jurus yang diajarkannya sangatlah mematikan bagi lawan. Teknik serangan yang dimilikinya juga berbeda dengan bela diri yang ada pada umumnya atau yang lebih dikenal di seluruh Asia dengan sebutan Pencak Silat.
Muhammad Basir, Exsekutif Produser Film ‘Pamanca’ mengatakan bahwa karena Makassar juga dianggap sebagai kota utama di Kawasan Indonesia Timur, maka sewajarnya jika fokus pada film yang dihasilkan sineas di wilayah timur. Ia berharap hal ini merupakan kebangkitan dari industri perfilmman, khususnya di Makassar.
Pria yang akrab di sapa dengan Daeng Raffy ini mengakui, seni bela diri tradisional Sulsel ‘Pamanca’ ini memiliki keunikan tersendiri. Gerakan-gerakan action ini juga nantinya akan menjadikan bumbu-bumbu tersendiri bagi penikmat film laga, ditambah dengan suasana kehidupan masyarakat Makassar di masa tahun 1800.
“Pamanca sendiri, merupakan seni bela diri tradisional yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Dalam film beladiri ini juga nantinya akan menggambarkan bagaimana orang tua dahulu mewarikan pusaka leluhur (Pamanca) agar tidak menyalagunakan ilmu yang dibekalinya,” kata Daeng Raffy, Sabtu, (25/2/2017) di Cafe Labobar.
Daeng Raffy juga menggambarkan, gempuran globalisasi dan paham-paham moderenisasi yang kemudian membuat generasi muda perlahan meninggalkan warisan leluhur kita. Banyaknya seni budaya dari Jepang, China dan Korea perlahan telah menggeser beberapa perguruan bela diri di di daerah ini. Sehingga, perguruan silat lokal termasuk Pamanca semakin sulit berkembang, karena mereka tidak mampu lagi bertahan.
“Berharap kedepannya dengan lahirnya film ini menjadikan spirit baru bagi generasi muda kita agar lebih memahami serta mencintai budaya kita,” harapannya.
Informasi yang dihimpun, film lokal yang menelan dana sekitar Rp15 Milyar ini rencananya akan merekrut pemeran-pemeran asli Makassar. Pada April nanti para awak film juga akan melakukan test casting di beberapa tempat, diantaranya Takalar, Jeneponto, Bulukumba dan Bone.
Barnadi Zakaria yang merupakan penulis naskah ‘Pamanca’ menambahkan, konsep film dalam cerita ini akan menggambarkan bagaimana realita kehidupan seorang anak yang begitu semangat serta memegang teguh pedoman hidupnya siri’ na pacce atau artinya harga diri.
“Dalam falsafah Bugis-Makassar, menakar Siri’Na Pac’ce dalam menyelesaikan tiga konteks atau ‘Tellu Cappa’ dalam menyelesaiakan masalah, yakni ujung mulut, ujung lidah dan ujung badik. Memang benar harga diri haruslah dimiliki oleh setiap bangsa dan negara di dunia ini agar tak dikangkangi oleh nafsu dan dendam,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa dalam cerita ini juga nantinya akan mengulas sejarah ‘Pamanca’ dimana tilas balik perjuangan jutaan orang yang harus menenempuh kemerdekaan.
“Ini merupakan salah satu icon budaya Sulawesi Selatan dan menambah kekayaan ragam budaya bela diri dari Tanah Air,”tukasnya. (*)