GOWA – Insiden pembakaran Gedung DPRD Kabupaten Gowa, Senin, (26/9/2016) masih menyisakan misteri. Pasalnya, baik pihak keluarga besar keturunan Kerajaan Gowa maupun pihak Pemerintah Kabupaten Gowa (Bupati Gowa-red) sama-sama membantah dengan tegas jika pihak mereka yang bertanggungjawab atas insiden tersebut.
Atas terjadinya insiden pembakaran gedung wakil rakyat itu, Raja Gowa ke-37 Andi Maddusila menegaskan dirinya sama sekali tidak tahu-menahu terjadinya peristiwa tersebut. Ia sendiri baru mengetahui informasinya dari sejumlah media eletronik yang memberitakannya.
“Saya dengan tegas meminta polisi dapat mengusut tuntas pelaku pembakaran dan memproses secara hukum, siapapun itu,” tegas Maddusila, turunan langsung Kerajaan Gowa.
Baca Juga :
Sementara Bupati Gowa, Adnan Purichta IYLjuga bersikap tegas. Bupati yang diangkat juga sebagai Sombayya (raja) sesuai Perda Lembaga Adat Daerah (LAD) ini menyerahkan menyerahkan sepenuhnya pengusutan kasus tersebut ke pihak penegak hukum.
“Kasus ini kami serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mengusut pelakunya dan memproses sesuai hukum yang berlaku, karena negara kita ini kan negara hukum, tentu semua melalui proses hukum,” kata Adnan, Senin, (26/9/2016).
Dua orang saksi mata, Jufri dan Rais, keduanya anggota Satuan Polisi Pamong Praja Pemkab Gowa yang bertugas di dalam Gedung DPRD Gowa menuturkan, mereka berdua melihat langsung detik-detik awal saat gedung tersebut akan dibakar oleh sekelompok massa bertopeng ala ninja (tokoh bertopeng dalam film Jepang-red). Saat keduanya hendak ke ruang lobbi di gedung itu, mereka melihat sekelompok massa dengan penutup wajah membawa jerigen dan botol berisi bensin, petasan, ban mobil serta berbagai perlengkapan lainnya.
“Anggota DPRD sedang mau rapat saat itu sekitar pukul 12.00 Wita dan saya sendiri bersama teman melakukan penjagaan di lobbi. Ketika itu saya kaget karena tiba-tiba menerobos puluhan orang masuk dengan menggunakan penutup wajah,” ungkap saksi.
Saat massa bertopeng menerobos masuk, lanjutnya, mereka membagi diri, ada yang menumpukkan kursi lalu membakarnya, ada juga membawa ban lalu membakarnya diruang rapat, ada yang membakar petasan sambil menyirami dengan bensin.
“Jadi saat saya melihatnya, saya tak bisa berbuat apa-apa. Jumlah mereka banyak sekali. Saya lihat mereka mulai membakar-bakar dan menyiram bensin, karena saya panik jumlah mereka banyak, saya berusaha melarikan diri,” jelas Rais.
Saksi ini menambahkan, saat dia berupaya menyelamatkan diri, saksi lain, Jufri ia lihat berlari mengevakuasi para staf dan pegawai yang terjebak dalam ruangan. (*)
Komentar