Lintas Terkini

Biaya Perawatan COVID-19 Mahal, Masyarakat Diharap Patuhi Protokol Kesehatan

ist.

JAKARTA — Pemerintah secara serius berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap dampak pandemi COVID-19. Perlindungan terhadap Kesehatan masyarakat menjadi prioritas.

Pemerintah terus melakukan upaya 3T yaitu Testing, Tracing, dan Treatment, serta edukasi 3M (Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan dengan sabun) guna menekan penularan COVID-19. Pemerintah juga menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi pasien COVID-19.

Berdasarkan hasil survei menunjukkan rata-rata biaya perawatan Rp184 juta per orang. Selain biaya yang besar masyarakat yang terdampak COVID-19 tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan pendapatan mereka.

Belum lagi kerugian apabila ada warga negara yang meninggal di usia produktif, beban biaya keluarga yang ditinggalkan pasien.

Apabila masyarakat bisa disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman), dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), akan dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi.

“Saat ini pemerintah memang menanggung biaya rumah sakit melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Saya kira kalau dirawat lebih dari 30 hari apalagi harus masuk ICU yang biayanya bisa sehari Rp15 juta per hari, pengeluarannya bisa lebih dari seratus juta. Tapi masyarakat perlu pahami, meski ditanggung negara maka jangan merasa nyaman dan tidak peduli menjalankan protokol Kesehatan,” terang Prof. Hasbullah.

Cara terbaik agar masyarakat dan negara tidak merugi lebih besar lagi adalah dengan mencegah, jangan sampai terkena COVID-19. Oleh karena itu Prof. Hasbullah menyarankan untuk disiplin menjalani protokol kesehatan 3M.

“Kalau nanti sudah ada vaksin, kita tambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum keluar nilainya, tapi misalnya harganya nanti katakanlah Rp200.000, investasi ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi dan memerlukan pengobatan,” paparnya.

Selain itu, dari perspektif agama, Prof. Hasbullah menilai, mencegah penularan sama derajatnya dengan melakukan ibadah, Ia mengatakan juga bahwa menjaga diri dan orang lain di sekitar agar tidak tertular COVID-19 adalah ibadah.

“Saking besarnya ibadah itu sampai naik haji dan sholat jumat berjamaah pun boleh ditinggalkan untuk menghindari penularan lewat kerumunan,” tegas Prof. Hasbullah.

Ia berpesan masyarakat harus berpifikir positif, selektif, dan cerdas dalam menerima informasi.

“Ambil informasi dari sumber resmi dan terpercaya seperti penjelasan pemerintah,” pesannya. (*)

Exit mobile version