MAKASSAR – Dalam upaya untuk memperkuat dan memajukan sektor pertanian, Yayasan Hadji Kalla kembali menggelar Temu Kader tahunan untuk Komunitas Kampung Hijau Energi (KHE).
Mengangakat tema Penguatan Jejaring Kerja dan Evaluasi Parapihak, kegiatan ini dihadiri oleh puluhan perwakilan petani dari berbagai wilayah dampingan Yayasan Hadji Kalla di Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Gowa, Bone dan Maros; Sulawesi Selatan. Tepatnya berlokasi di Desa Salassae, Kab. Bulukumba.
Pembukaan acara dilakukan oleh Sapril Akhmady, Program Manager Bidang Kemanusiaan, Kesehatan dan Lingkungan, Yayasan Hadji Kalla, menyampaikan betapa pentingnya terciptanya jejaring yang solid di antara para petani.
Baca Juga :
“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang evaluasi program namun juga sebagai momentum mempererat hubungan antarpetani untuk menciptakan sinergi yang lebih kuat,” ujar Sapril.
Setiap narasumber memberikan presentasi mendalam tentang topik-topik spesifik yang telah ditentukan. Presentasi ini di desain untuk memicu pertanyaan, diskusi, dan interaksi dengan peserta.
Peserta akan diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi langsung dengan narasumber, memungkinkan pertukaran ide yang dinamis. Peserta juga dibagi ke dalam kelompok kecil untuk membahas masalah spesifik dan mengembangkan solusi yang mungkin dapat diimplementasikan dalam praktik pertanian mereka.
Setiap kelompok akan memiliki fasilitator untuk membimbing diskusi dan memastikan bahwa setiap peserta memiliki kesempatan untuk berkontribusi.
Pada kesempatan ini pula, salah satu petani inspiratif yang terlibat dalam Program KHE ini mendemonstrasikan pembuatan Kompor Ramah Energi yang dibuat khusus untuk reaktor biogas yang telah dibangun di masing-masing lokasi. Inovasi tersebut merupakan kreativitas salah satu kelompok petani dari Kab. Maros yang bisa menciptakan/merakit kompor khusus sendiri secara mandiri.
Jodhi, seorang Aktivis Komunitas Tangan di Atas dan Board of Director PT. Portal Indonesia, menjadi pemateri utama dengan materi strategi pengembangan usaha berbasis komunitas.
“Pertanian berbasis komunitas bukan hanya soal tanaman dan hasil panen, tapi juga tentang membangun ekosistem yang saling mendukung. Saya melihat semangat dan potensi besar di antara petani KHE untuk meraih hal ini”, ujarnya.
Peserta temu kader tak hanya menerima ilmu dari pakar, tetapi juga berkesempatan memberikan masukan dan pengalaman dalam sesi diskusi kelompok. Sesi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman masing-masing petani tentang tantangan dan peluang yang dihadapi dalam menjalankan program KHE.
Habo, seorang petani asal Maros, “Ini bukan hanya acara biasa. Saya dapat banyak ilmu baru dan juga dapat berbagi pengalaman dengan petani dari daerah lain. Kami merasa dihargai dan didukung oleh Yayasan Hadji Kalla”, pungkasnya.
Acara ditutup dengan testimoni beberapa peserta yang menyampaikan harapan mereka untuk melihat dampak positif yang lebih besar dari program KHE di masa depan. Temu kader ini diharapkan mendorong terciptanya inovasi dan perubahan positif dalam praktik pertanian, menciptakan ekosistem yang lebih baik untuk petani, dan membangun kesejahteraan bersama di wilayah dampingan Yayasan Hadji Kalla. (*)
Komentar