MAKASSAR – Nyeri haid atau juga disebut dengan istilah medis Dismenorea merupakan gejala yang paling sering dialami wanita saat berada dalam siklus bulanan. Pada umumnya gejala ini berupa nyeri di perut bagian bawah.
Banyak perempuan menganggap nyeri haid sebagai gejala umum saat menstruasi. Namun lebih bijaksana saat seorang perempuan mengetahui detail penyebab nyeri haid dan penanggulangannya.
Hal ini diungkapkan Ketua Prodi Diploma III Kebidanan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Andi Tenri Abeng, SKM, M.Kes saat ditemui di Gedung FKM UMI, Senin, (28/8/2017). Menurutnya, haid adalah luruhan lapisan dinding rahim saat tidak terjadi pembuahan.
Baca Juga :
Luruhan tersebut keluar menjadi darah haid, kemudian rahim harus berkontraksi agar peluruhan terjadi secara sempurna. Kontraksi tersebut merupakan sumber nyeri yang dirasakan para perempuan.
“Jika kontraksi rahim terbilang kuat, pembuluh darah disekitarnya akan tertekan, sehingga pasokan oksigen terhambat, sehingga rasa nyeri tercipta,” paparnya.
Jika rasa nyeri masih dalam batas normal, atau diagnosa dokter tak menunjukan kelainan apapun, ini merupakan hal yang tidak berbahaya. Kondisi tersebut bisa di atas dengan obat-obatan penghilang rasa nyeri, salah satunya produksi Konimex yang diberi nama Feminax. Terdiri dari Paracetamol dan Ekstrak Hiosiami. Feminax bisa dikonsumsi orang dewasa dan anak-anak 10 tahun-16 tahun.
“Untuk memaksimalkan kinerja Feminax, saat menstruasi para perempuan disarankan menghindari makanan berlemak, terutama lemak hewani dan makanan cepat saji. Selain itu juga disarankan melakukan olahraga ringan saat haid. Semakin lancarnya aliran darah dan bertambahnya produksi endorfin setelah olahraga akan mengurangi nyeri haid,” sarannya. (*)
Komentar