JAKARTA – Indonesia akhirnya memastikan tambahan satu medali emas dan perak dari hasil all Indonesian final cabang olahraga bulutangkis ganda putra Asian Games XVIII tahun 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Hasil final bulutangkis Asian Games 2018 ini berjalan sangat menegangkan, meskipun dua pasangan ganda putra saling berhadapan dari Indonesia.
Perang saudara all Indonesian final ini tersaji saat Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo berhadapan dengan Fajar
Alfian/Muhammad Rian Ardianto pada partai final yang berlangsung, Selasa, (28/8/2018). Laga yang berlangsung di Istora
Senayan, Jakarta itu pada akhirnya dimenangkan oleh Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan skor akhir 21-13,
18-21, 24-22.
Terjadinya all Indonesian final bulutangkis ganda putra ini berkat strategi/taktik jitu dari sang pelatih, ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi. Pelatih ini mengungkapkan sangat puas dengan pencapaian anak-anak asuhnya sehingga dapat menguasai dua tempat di final. Ia mengaku akan menikmati pertandingan tersebut sambil menikmati segelas kopi.
Baca Juga :
Sebagaimana dirilis metrotvnews.com bahwa dua ganda putra Indonesia sukses menembus all Indonesian final, sehingga memastikan cabang olahraga ini dapat menyumbang satu medali emas. Atas kesuksesan ini, Herry tak lupa mengucapkan terima kasihnya kepada kedua ganda putra, karena bisa memberikan kado untuk ulang tahun bagi dirinya.
Apalagi Herry mengungkapkan jika bulutangkis ganda putra ini sudah lama tidak terjadi All Indonesian final, khususnya di
Asian Games.
“Ini keinginan dan cita-cita saya sebagai pelatih. Terima kasih,” kata Herry di Jakarta, Selasa (27/8/2018).
Menurut pelatih ini, karena di babak final adalah sama-sama anak asuhnya, sehingga dia akan rileks menikmati pertandingan
final yang tersaji. Menurut pengakuannya ia menikmati pertandingan tersebut sambil menikmati segelas kopi, sambil mengamati kelemahan dan kekurangan masing-masing anak asuhnya.
“Saya nikmatin saja sambil di atas ngopi. Selesai itu pasti ada evaluasi kekurangan dimana, kelebihan dimana. Setelah Asian
Games, kami harus mempersiapkan lagi menuju Jepang dan Cina. Harus selalu konsisten terus-menerus, fokus latihan, itu yang
bisa saya berikan. Kalau soal teknis dan strategi, saya serahkan pada masing-masing karena mereka yang main. Sama-sama satu
tim satu pelatih,” lanjut Herry.
Meski berhadapan dengan rekan sekompatriot, kedua ganda putra andalan Indonesia ini tetap menyuguhkan kemampuan terbaik yang
mereka miliki. Sempat bersaing ketat, Fajar/Rian akhirnya mampu unggul jauh 11-6 pada interval gim pertama.
[NEXT]
Pasca interval, Marcus/Kevin mencoba bangkit dan langsung tancap gas dengan mencetak empat angka beruntun. Namun momentum itu mampu dihentikan oleh Fajar/Rian yang bisa kembali mengambil alih jalannya pertandingan.

Ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya merebut medali emas Asian Games 2018.
Ganda putra peringkat 9 BWF itu akhirnya mampu memenangkan gim pertama dengan skor cukup jauh 21-13. Memasuki gim kedua,
partai All Indonesian Final kembali berlangsung alot saat kedudukan beberapa kali imbang.
The Minions, gelar bagi pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo akhirnya mampu unggul saat interval gim kedua
dengan skor 11-9 setelah smesh Muhammad Rian Ardianto menyangkut di net.
Pelatih Bulutangkis Ganda Putra Akui Punya Strategi Berbeda untuk Meraih Medali Emas
Cabang olahraga bulutangkis ganda putra memang menjadi sektor yang paling disorot publik Tanah Air di Asian Games 2018. Itu
wajar terjadi karena para atletnya kerap menjadi andalan ketika melakoni berbagai event penting, baik itu beregu maupun
perorangan.
Sebagaimana dirilis tribunnews.com, c, pada Asian Games 2014 Incheon, tim bulutangkis ganda putra Indonesia bisa mengamankan
medali emas lewat Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Tren positif itu terulang lagi pada Asian Games 2018, dimana emas dapat
diraih oleh Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, yang merupakan ganda putra ranking satu dunia.
Kepala Pelatih Ganda Putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi jauh-jauh hari sebelum digelarnya Asian Games 2018 sudah
menegaskan dirinya tidak terbebani jika anak-anak asuhnya dituntut meraih emas. Pasalnya, mereka memang sudah terbiasa dan berbagai rangkaian latihan pun sudah dilakukan sebelumnya.
“Kami sudah terbiasa untuk ditarget juara. Kalau buat saya sebagai pelatih, target itu jadi tantangan. Tapi yang menjalankan
itu kan pemain, jadi tergantung pemainnya juga, bisa enjoy atau enggak? bisa mengatasi tekanan ditarget emas atau tidak?”
kata Herry.
Herry juga mengaku telah mengantisipasi penyebab kekalahan Kevin/Marcus dari Takeshi Kamura/Keigo Sonoda pada perempat final Kejuaraan Dunia 2018. Sebab, kekalahan tersebut seakan menjadi peringatan bagi Kevin/Marcus untuk terus berbenah diri dan meningkatkan kemampuan.
Diakuinya, hasil di kejuaraan dunia memang di luar harapan. Pada satu sisi, yang namanya gagal pasti terasa mengecewakan.
Tapi kegagalan itu diambil saja sisi positifnya bahwa dengan kekalahan di kejuaraan dunia, tandanya itu peringatan kalau ada
kekurangan dan kelemahan yang harus diperbaiki.
“Kalau soal permainan terbaca, kami juga sudah sadar sejak lama. Sebab, tiap pertandingan ada rekamannya dan terus dipelajari
lawan. Di kejuaraan dunia itu banyak faktor yang membuat Kevin/Marcus kalah. Untuk Asian Games, kami memang punya strategi yang agak berbeda, mengantisipasi permainan Kevin/Marcus yang sudah bisa terbaca lawan,” katanya. (*)
Komentar