SELAYAR – Keragaman budaya Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, seakan tak pernah habis untuk dikupas, dan dipromosikan. Dusun Baturapa, Desa Polebunging, Kecamatan Bontomanai, ternyata memiliki selipan kebudayaan yang cukup menarik dan berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata.
Adalah tradisi anrio tallu, sebuah prosesi yang digelar diakhir rangkaian pesta perjamuan perkawinan yang diawali dengan tabuhan gendang panruppai to battu. Dalam dialek bahasa Selayar, irama gendang ini, kerap diistilahkan dengan musik pui’-pui’.
Sebuah iringan musik yang dipersembahkan untuk menyambut tamu undangan, baik dari sanak keluarga kedua mempelai, mau pun tamu dari luar lingkungan keluarga. Mengiringi prosesi anrio tallu, disiapkan, setidaknya empat buah gendang, berikut alat musik, gong dan pui’-pui’.
Prosesi anrio tallu, digelar setelah keluarga dari kalangan mempelai pengantin pria, tiba di rumah keluarga mempelai wanita dengan membawa erang-erang. Memulai prosesi anrio tallu, kedua mempelai yang hanya mengenakan sarung dimandikan dengan air kelapa dan air santan.
Baru setelah itu, pengantin, dimandikan dengan menggunakan air biasa oleh masing-masing keluarga dekat dan aparat pemerintah yang turut hadir di dalam penyelenggaraan prosesi ini.
Sebelum dimandi dengan air kelapa, seutas tali sumbu kompor, dikalungkan di leher kedua mempelai, sebagai simbol telah terjalinnya ikatan batin di antara kedua mempelai.
Memeriahkan prosesi anrio tallu, dua belas pasangan suami-istri dari lingkungan keluarga masing-masing mempelai, dan aparat pemerintah, secara bergantian memandikan sang pengantin, sembari membenturkan kepala keduanya, atau yang dalam dialek bahasa Selayar, lebih dikenal dengan istilah pattuda ulu.
Diakhir prosesi anrio tallu, barulah kedua mempelai dimandikan secara sempurna dengan menggunakan sabun mandi dan siraman air terakhir untuk membersihkan sisa-sisa sabun yang melekat di tubuh keduanya.
Tradisi anrio tallu, diakhiri dengan pemasangan selembar kain panjang di tubuh kedua mempelai yang bermakna, ikatan perkawinan hanya akan terpisah oleh kematian atau ajal. Sementara, harapan perjalanan rumah tangga yang langgeng, tertitip dalam persembahan doa, dari pelaku prosesi anrio tallu.
Selanjutnya, kedua mempelai dikalungi dengan dua lembar sarung, serta perhiasan emas yang dililitkan pada jari kedua pengantin. Menandai akhir acara, digelar rangkaian acara sajian makan siang bersama dengan menggunakan baki atau yang dalam dialek Bahasa Selayar, kerap disebut dulang.
Namun sayang, karena tradisi anrio tallu, merupakan upacara sakral yang hanya bisa digelar dalam rangkaian pesta perkawinan saja dan tidak dapat dilakukan serampangan di luar prosesi akad nikah. (fadly syarif)
Komentar