Peluru Tewaskan Fatir Bukan Milik Polisi

Peluru Tewaskan Fatir Bukan Milik Polisi

MAKASSAR – Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan peluru nyasar yang akhirnya menewaskan Fathir (14 bulan) bukan berasal dari senjata api milik kepolisian.

Hal itu dikatakan Seto usai pertemuan dengan Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Makassar Kompol Anwar Hasan di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (29/3/2013).

“Yang jelas bukan peluru dari senjata milik Polri, sebab standarnya berbeda. Tapi kita akan berkoordinasi dengan Kodam VII Wirabuana. Penyelidikan kasus peluru nyasar yang mengenai bayi Fathir tetap ditangani oleh Polrestabes Makassar. Kami berharap, kasus ini segera terungkap dan dituntaskan,” kata Seto ditemui di Mapolrestabes Makassar.

Seto kemudian mengunjungi rumah Fathir di Jalan Baji Gau, Makassar, yang tidak jauh dari markas dan asrama TNI.

Sementara itu, Anwar Hasan mengatakan belum mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan peluru nyasar tersebut. Namun hasil uji balistik oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polda Sulselbar menyebutkan peluru itu berdiameter 30 milimeter. Peluru tersebut merupakan senjata peninggalan Perang Dunia II.

“Kami belum bisa simpulkan siapa pelakunya, sebab pelurunya bukan berasal dari TNI/Polri. Sebab pelurunya adalah senjata peninggalan Perang Dunia II. Kalaupun tersangkanya sudah ditemukan, kita pasti uji balistik senjata dan pelurunya. Apakah sama atau tidak. Senjata peninggalan Perang Dunia jika disimpan oleh masyarakat, berarti sudah ilegal. Biasanya senjata peninggalan perang, disimpan oleh masyarakat tertentu,” kata Anwar Hasan.

Fathir, putra bungsu pasangan Fikar (23) dan Nur Hikmah (24), warga Jalan Baji Gau Raya, Nomor 3F Mamajang, Makassar, Sulawesi Selatan, akhirnya meninggal dunia, Jumat (08/03/2013) dini hari. Bayi 14 bulan itu menjadi korban peluru nyasar di rumah.

Kejadian itu bermula saat Fathir tengah bermain dengan kakaknya, Putra (2) dan Fadel (4), di ruang televisi rumahnya. Tiba-tiba, terdengar suara letusan keras berasal dari luar rumahnya. Sang ibu sempat mengira suara itu adalah lampu yang meletus hingga ia panik lantaran melihat kepala putranya mengucurkan darah segar.

Bayi malang tersebut pun dibawa ke rumah sakit. Namun, karena peralatan rumah sakit minim, ia sempat berpindah-pindah hingga berakhir pada akhirnya dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo.

Fathir sempat menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru yang mengenai otaknya. Namun, setelah peluru bisa diangkat, kondisi Fathir terus hingga akhirnya dia meninggal pada, Senin (18/2/2013).

Meski kasus itu ditangani langsung oleh gabungan TNI Kodam Wirabuana dan Polri, hingga kini kasus peluru nyasar itu belum terungkap. (kpc)