PINRANG – Tindakkan razia dengan melibatkan unsur TNI – Polri yang dilakukan pihak Kantor Seksi Logistik (Kasilog) Bulog Pinrang untuk memenuhi target serapan berasnya di tahun 2017 terus berlanjut.
Langkah itu kemudian menuai protes dan keresahan dari sejumlah pedagang dan penggilingan di Kabupaten Pinrang.
Mereka menilai, tidak tercapainya serapan Bulog itu tidak semata-mata kesalahan dari pedagang dan penggilingan yang enggan menjual berasnya ke pihak Bulog dengan alasan harga yang murah, tetapi juga disebabkan kelalaian dari pihak Bulog sendiri yang tidak bekerja maksimal dan terkesan tidak profesional.
Baca Juga :
“Kami akui, memang ada rekan kami dari pedagang dan penggilingan yang membandel dan enggan sama sekali memasukkan berasnya ke gudang Bulog dengan alasan harga yang murah jika dibandingkan harga pasaran luar. Tetapi tidak sedikit juga pedagang seperti kami yang masih memiliki jiwa nasionalisme dan siap menyisihkan beras kami meski harga merugi demi kepentingan negara dalam menjaga stok pangan nasional. Sayangnya, pihak Bulog terkadang tidak menghargai niat kami ini dengan menunjukkan kinerja yang tidak maksimal atau profesional,” ungkap Anwar, salah satu pedagang beras asal Kecamatan Tiroang Kabupaten Pinrang, Jum’at (29/9/2017).
Anwar menuturkan, ketidak profesionalan kinerja Bulog Pinrang bisa dilihat pada beberapa kejadian saat ia bersama rekannya hendak memasukkan beras ke gudang Bulig Pinrang.
“Pernah beras kami ditolak untuk dimasukkan sementara dengan alasan stok karung Bulog habis. Pernah juga dengan alasan kualitasnya yang tidak standar karena sedikit berwarna kekuningan serta alasan buruh sudah pulang sehingga pembongkaran tidak bisa dilakukan,” terangnya.
Olehnya itu Anwar meminta, selain meminta kesadaran para pedagang dan penggilingan untuk mau menyisihkan stok berasnya untuk memenuhi kuota gudang Bulog, sudah saatnya pihak Biulog juga mengintropeksi kinerjanya yang kurang maksimal dan jangan hanya busa menyalahkan pedagang.
“Mungkin karena merasa dirinya hebat dan bisa memaksa kami menjual beras milik kami dengan jalan merazia menggunakan petugas Polri dan TNI, pihak Bulog seenaknya seperti ini dalam bekerja. Bayangkan Pak, kami sudah dirugikan dengan harga yang lebih mura saat menjual ke pihal Bulog, dengan kinerja seperti itu, berap kerugian tambahan kami saat beras kami ditolak atau ditunda pembongkarannya sehingga terkadang harus menginapkan mobil kami sampai dua tiga hari digudang. Tolong pimpinan Bulog mengevaluasi kinerja Bulog Pinrang dan jajarannya. Buktinya,Bulog daerah lain cukup aman dengan kinerjanya yang baik dan tidak seenaknya,” harapnya.
Menjawab tudingan itu, Kepala Kansilog Bulog Pinrang, Arwan kepada lintasterkini.com, Jum’at (29/9/2017) mengakui, jika masalah karung habis itu memang pernah terjadi. Tapi hal itu tidak membuat aktifitas terhenti karena pihaknya masih memilik stok karung dalam jumlah ukuran yang berbeda.
“Waktu itu karung 50 Kilogram memang habis, tapi mash ada karung 15 Kilogram. Terkait beras yang warna kekuningan, jelas kami tolak karena tidak sesuai standar yang ditetapkan. Hal itu sudah kami sampaikan ke mitra pedagang kami agar jangan membawa beras yang berkualitas seperti itu kepada kami,” jelas Arwan via selulernya.
Mengenai tenaga buruh yang kurang atau sudah pulang, hal itu juga dibenarkan pernah terjadi oleh Arwan.
“Kami memang kekurangan tenaga buruh karena Pinrang utu beda dengan daerah lainnya. Di Pinrang, usaha yang menggunakan tenaga buruh cukup banyak,” katanya.
Terlepas dari beberapa persoalan diatas, Arwan menilai hal itu lumrah dan menjadi masukan positif bagi jajaran Kansilog Bulog Pinrang. Dia berjanji, ke depannya, ia bersama jajarannya akan bekerja lebih maksimal dan lebih baik lagi sehingga kondisi kekurangan serapan stok beras seperti sekarang ini tidak terulang dan razia tidak perlu ada lagi. (*)
Komentar