JAKARTA – Pemerintah Indonesia akhirnya memberikan kepastian beroperasinya pabrik Semen Indonesia di Rembang (Semen Rembang), Jawa Tengah. Mulai tahun 2017, pabrik Semen Rembang dijamin sudah dapat beroperasi tanpa kendala.
Hal tersebut disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno di Cirebon, Jawa Barat, Senin (28/11/2016). Hingga kini, proses pembangunan pabrik Semen Rembang menuju tahap akhir juga dipastikan Rini terus berlangsung.
“Prosesnya lancar. Kalau tidak salah, harus ada perbaikan sedikit (izin) lingkungan hidup. Pabrik Semen Rembang sudah dapat beroperasi tahun depan,” tutur Rini.
Dia juga memastikan masyarakat sekitar areal pabrik semen tidak perlu merasa khawatir dengan pencemaran lingkungan, misalnya seperti polusi debu. Dampak polusi debu tersebut dijamin Rini tidak akan terjadi pada daerah tempat beroperasinya pabrik Semen Rembang, sebab telah menerapkan proses teknologi penyaringan material yang canggih.
“Kita akan lakukan debu tidak bertebaran karena sistem penyaringannya sangat bagus. Itu harus terkomunikasikan dengan baik,” ucap Rini.
Begitu juga dengan debit air di sekitar areal pabrik semen tidak akan mengalami pengurangan. Menteri BUMN ini menyebutkan, telah dibangun embung sebagai tempat penampungan cadangan air, sehingga masyarakat Rembang tercukupi kebutuhan air bersih.
“Sempat yang dikhawatirkan apakah membuat daerah kering sebab jumlah debit air akan berkurang. Makanya kita bangun permintaan embung,” ujarnya.
Sebelumnya, pada kunjungan kerja Komisi VI DPR pabrik Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur dan Rembang, Sabtu (26/11/2016), Ketua Komisi VI DPR Teguh Juwarno juga menyampaikan BUMN seperti Semen Indonesia memiliki budaya perusahaan yang bersahabat dengan lingkungan. Sikap DPR tersebut setelah melihat langsung pohon yang rindang, bebas debu, air melimpah dan terjaganya lingkungan penambangan.
Kondisi tersebut menampik alasan sekelompok orang yang menolak keberadaan pabrik Semen Rembang. Dia sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Semen Indonesia dalam penambangan ramah lingkungan.
“Bagaimana lahan bekas penambangan dikembalikan lagi dalam bentuk reklamasi yang justru punya potensi berkelanjutan, misalnya hutan, sumber air, pertanian, perikanan bahkan bisa menjadi destinasi wisata. Ini harusnya dijadikan standar penambangan dan diterapkan oleh semua pabrik semen yang ada di Indonesia,” ucap Teguh.
Teguh menyebutkan sebenarnya tidak perlu khawatir dengan beroperasinya pabrik Semen Rembang. Menurut Teguh, cara pengelolaan pabrik Semen Tuban merupakan rujukan pembangunan di Rembang.
Pabrik Semen Rembang dikabarkan telah merampungkan 97 persen proses pembangunannya dan diperkirakan setiap tahunnya mampu berproduksi hingga 3 juta ton. Sedangkan investasi pembangunan pabrik Semen Rembang menelan biaya hingga Rp4,9 triliun yang mayoritas dikuasai kepemilikannya oleh Indonesia. (*)