TATOR – Eks bendahara RS Lakipadada Tana Toraja, Natalia Pamarruan mempertanyakan mutasi dirinya. Ia dimutasi ke pelosok namun terkesan mendadak.
Natalia menduga ia dimutasi karena tak mendukung istri Bupati Tator Theofilus Allorerung, Yariana Somalinggi di Pileg 2024.
Yariana adalah caleg Partai Golkar. Ia maju di Dapil 10 Toraja (Tana Toraja dan Toraja Utara) untuk DPRD Sulawesi Selatan.
“Saya menduga begitu (dimutasi karena tidak mendukung istri Theofilus). Karena ini kok tiba-tiba. Yang dimutasi juga cuma saya,” terang Natalia, Selasa (30/1/2024).
Natalia dimutasi ke puskemas pelosok di daerah Malimbong Balepe. Di RS Lakipadada, Natalia sebelumnya adalah bendahara rumah sakit.
“Tapi sebenarnya saya memang sudah mengundurkan diri mi juga (dari jabatan bendahara). Memang dari bendahara tapi dokter Farma (Dirut RS Lakipadada) tetap usul ke BPKAD untuk ini,” ujar Natalia.
Natalia lalu menceritakan awal mula dirinya tak mendukung istri Bupati Tator. Saat itu kata dia, seluruh staf dan pegawai rumah sakit dibagikan blanko sebagai pernyataan dukungan untuk istri Bupati, Yariana.
Setiap staf diminta untuk mendata keluarga inti sebagai pernyataan dukungan ke Yariana.
“Blanko yang pengisian ini untuk mengusung ibu Yariana. Kebetulan memang saya tidak serahkan blanko saya. Saya bingung mau cari siapa. Sementara orang di rumah saya kan sudah punya pilihan (caleg lain). Jadi saya nda mungkin paksakan dukung dia (istri bupati),” ucap Natalia.
Akhirnya Natalia memutuskan tak menyetor blanko dukungan.
“Sejak itumi saya dianggap tidak mendukung istri bupati,” katanya.
Natalia juga curiga dirinya dimutasi setelah Sekda Tator Rudhy Andi Lolo mendapati mobil terparkir di halaman rumahnya yang ter-branding caleg lain.
“Itu mi dari situ mi kayaknya karena saya curiga dokter Rudhy karena memang saya pernah dipanggil sama beliau. Tapi saya tidak bilang jih bilang saya ini tapi mungkin dilihat ada mobil branding di bawah ya akhirnya dia mungkin tahu saya dukung caleg lain,” kata Natalia.
Hanya saja yang ia sesalkan karena mutasi terkesan mendadak. Dan hanya dirinya yang dilempar ke pelosok.
“Kaget ka juga tadi. Direktur ku juga kaget. Katanya saya tidak pernah mengusul ini kenapa bisa ada SK muncul tiba-tiba begini,” ujarnya.
“Saya lihat SK-nya Ke Malimbong. Di Parappu Malimbong Balepe di puskesmas. Cuma saya sendiri pak yang dilempar,” ungkapnya. (*)
Komentar