Lintas Terkini

Dihadapan Jamaah Masjid Salman ITB, Moeldoko Paparkan Kebijakan Jokowi

BANDUNG – Di hadapan sivitas akademika dan jamaah Masjid Salman ITB, Bandung, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr.Moeldoko memaparkan sejumlah kebijakan dan program yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi, Selasa (29/5/2018).
“Seringkali dikatakan bahwa Presiden Jokowi hanya fokus membangun infrastruktur. Padahal di balik infrastruktur yang dibangun secara luar biasa tersebut, terdapat aspek lain yang menyangkut konektivitas. Dengan adanya konektivitas atau ketersambungan, di situlah bangsa ini akan menuju kepada peradaban yang lebih maju,” ujarnya.

Sembari menunggu saat berbuka puasa, dalam kegiatan bertajuk Inspirasi Ramadan (IRAMA) yang dihadiri ratusan mahasiswa ITB, rektor, dosen, serta pengurus Masjid Salman, Moeldoko memaparkan berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah yang berorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. “Salah satu yang sekarang dikerjakan dan dimonitor secara kontinyu oleh Presiden Jokowi adalah program pencegahan stunting atau bayi yang menderita kekurangan gizi sejak dalam kandungan hingga seribu hari sejak dilahirkan.”

Menurut Moeldoko, kampanye pencegahan stunting ini sangat penting karena jika bayi sudah menderita stunting, secara fisik tubuhnya akan lebih kerdil dibandingkan dengan anak-anak normal, dan kecerdasannya pun lebih rendah dari anak-anak lainnya. Apabila stunting tidak dicegah atau angkanya tidak diturunkan, dalam jangka panjang beban negara akan menjadi semakin berat, karena anak-anak yang menderita stunting juga lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

“Stunting ini tidak semata-mata persoalan kekurangan gizi akibat kelangkaan makanan bergizi, tetapi juga karena persoalan gaya hidup. Indikasinya terlihat bahwa anak-anak stunting ini juga dialami tidak hanya di daerah-daerah terpencil dan terpelosok, tetapi juga di kota-kota besar seperti Jakarta karena persoalan gaya hidup,” ujarnya.

Berbicara kurang lebih satu jam di hadapan jamaah, Moeldoko kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah kebijakan pemerintah dalam menanggulangi terorisme dan radikalisme, termasuk pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme. Salah satunya adalah dengan pengaktifan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab).

“Perlu dipahami bahwa kita memiliki patokan atau acuan tindakan terorisme dan radikalisme itu pada level mana. Itu ada spektrumnya. Mulai dari rendah, medium, hingga tinggi. Komando operasi itu melibatkan pasukan khusus yang terlatih dan memiliki kemampuan tinggi di TNI-AD, TNI-AU, dan TNI-AL. Sehingga jika diperlukan mereka memiliki kecepatan untuk merespon dari berbagai dimensi, baik darat, laut, maupun udara,” papar Moeldoko yang menginisiasi pembentukan Koopsusgab ini semasa menjabat sebagai Panglima TNI 2013-2015.

Tak lupa, Moeldoko berpesan kepada seluruh sivitas akademika ITB untuk selalu menjaga kerukunan dan persatuan di antara sesama anak bangsa. “Saya selalu ingat cerita Presiden Afghanistan kepada Presiden Jokowi. Negara itu hanya terdiri atas 7 suku dan 2 di antaranya bertikai, tapi sampai dengan 40 tahun pertikaian itu tidak pernah selesai dan mengakibatkan penderitaan yang luar biasa. Kita ini punya kurang lebih 714 suku bangsa yang berbeda-beda. Jangan mau kita diadu domba dan dipecah belah karena alasan apapun!”

Ia pun mengingatkan kepada anak-anak muda ITB untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya sebagai penerus kepemimpinan republik. “Pada tahun 2045, kalianlah yang akan memimpin republik ini, sehingga kalian harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dari sekarang. Dengan kemauan dan tekad yang keras, saya yakin, kalian pasti bisa,” pungkas mantan Pangdam Siliwangi ini. (*)

Exit mobile version