MAKASSAR – Dua sekolah binaan Usaid Prioritas menjadi juara utama lomba literasi tingkat SD/MI se-Kota Makassar yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Sulsel, bertajuk jelajahi duniamu dengan berliterasi. Juara I diperoleh SD Inpres Gunung Sari 1 atas nama Aura Nazahiah Putri Erin, siswa Kelas VI A, juara 2 dari SD Negeri Kompleks IKIP I Makassar atas nama Syafila Firdha Nafeesa, kelas V B. Mereka menyingkirkan 150 Peserta yang menjadi utusan 75 sekolah setingkat SD/MI.
Dalam lomba tersebut, para peserta diminta untuk merangkai cerita anak dari empat buah gambar acak. Kesesuaian cerita dengan gambar, imajinasi dan keteraturan bahasa menjadi kriteria utama penilaian. Para juara mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan.
Keberhasilan menjadi juara bagi kedua sekolah itu, Alphian Sahruddin, Guru kelas V B SDN Kompleks IKIP I Makassar mengatakan, prestasi yang berhasil dicapai siswanya tak lepas dari program budaya baca yang konsisten diterapkan di sekolah tersebut.
“Semenjak dikenalkan Usaid Prioritas, kami menginisasi program kebiasaan membaca dan menceritakan hasil bacaan selama kurang lebih 30 menit sebelum pelajaran dimulai. Setiap pagi dua sampai tiga anak maju ke depan untuk menceritakan hasil bacaannya,” ujar Alphian.
Guru Pembimbing Syafila ini menambahkan, bahkan setiap Sabtu di sekolah tersebut juga ada alokasi khusus dua jam untuk pengembangan bakat literasi.
Hal yang sama dikemukakan Rosmala, Guru Kelas Aura Nazahiah Putri, siswa yang mendapat juara satu menambahkan, program budaya baca yang hampir sama juga konsisten diterapkan di sekolah yang ia tempati mengajar. Dengan program tersebut, siswa-siswi sudah dapat menjadi lebih pandai berkomunikasi, kaya imajinasi, mudah menyusun kata dan bernalar.
Gerakan literasi banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah binaan Usaid Prioritas. Hal ini dilakukan setidaknya untuk ikut mengurangi minimnya minat baca penduduk Indonesia.
Menurut penelitian Central Connecticut University tahun 2016, Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang disurvei tingkat literasinya. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa semakin rendah literasi suatu negara, semakin tidak toleran rakyatnya, suka kekerasan, dan suka melanggar HAM. (*)