GOWA – Kasus pembunuhan alumni Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, Rafika Hasanuddin (22), yang akrab dipanggil Ika mengundang perhatian banyak pihak. Pembunuhan Warga Kompleks Perumahan Yusuf Beauty Garden, Kabupaten Gowa ini menggegerkan masyarakat bahkan hingga sampai ke tanah kelahirannya di Desa Balla, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Perempuan yang tinggal seorang diri di rumahnya Kompleks Yusuf Bauty Garden awalnya ditemukan oleh Saleh (35), seorang petugas sekuriti perumahan itu. Saksi ini mengungkapkan kepada aparat gabungan Polda Sulawesi Selatan dan Resmob Polres Gowa jika ia yang pertama kali melihat mayat korban di balik pintu rumahnya.
Korban pembunuhan Ika, terbilang misterius. Dia ditemukan pertama kali pada Sabtu, tanggal 14 Januari 2017, sekira pukul 22.00 Wita malam. Dia ditemukan bersimbah darah pada Senin sore, tanggal 16 Januari 2017 di dalam rumahnya di Kompleks Perumahan Yusuf Beauty Garden, Kelurahan Paccinongan, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil otopsi Kedokteran Forensik Dokkes Polda Sulsel di RS Bhayangkara pada Hari Selasa, tanggal 17 Januari 2017, diketahui korban meninggal dua hingga tiga hari sebelum diperiksa tim forensik. Dalam kurun waktu 5 (lima) hari sejak kejadian, barulah diketahui bahwa pelaku pembunuhan mengarah pada Saleh, sekuriti yang mengungkapkan dirinya pertama kali yang mengetahui kematian korban.
Pengungkapan kasus pembunuhan ini menjadi citra positip bagi institusi kepolisian di daerah ini. Proses olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), dengan mmenurunkan Tim Gabungan Forensik Polda Sulsel yang dilakukan berulang kali, hingga 6 (enam) kali, menunjukkan tingkat kerumitan mengungkapkan kasus pembunuhan ini terbilang pelik. Pengungkapan pelaku pembunuhan, yang tidak lain adalah sekuriti kompleks perumahan yang ditinggali korban yakni Saleh, patutlah diapresiasi kinerja Polri dalam menangani kasus ini.
Begitu menariknya pengungkapan kasus ini, hingga seorang Kapolda Sulsel, Irjen Polisi Muktiono ikut menyaksikan langsung rekonstruksi kasus pembunuhan Rafika Hasanuddin yang digelar, Senin, tanggal 30 Januari 2017. Orang nomor satu di jajaran Polda Sulsel ini didampingi sejumlah pejabat utama menyaksikan gelaran rekonstruksi kasus pembunuhan Ika di Kompleks Perumahan Yusuf Beauty Garden, Kelurahan Paccinongan, Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Polres Gowa melakukan rekonstruksi ulang di Tempat kejadian Perkara (TKP) untuk memperjelas secara terang-benderang kasus pembunuhan Rafika. Dalam rekonstruksi tersebut, Saleh, tersangka pembunuh Rafika memperagakan 52 adegan proses pembunuhan yang ia lakukan saat hendak mengambil handphone milik korban.
Selain personel Polres Gowa, rekonstruksi juga melibatkan 9 (sembilan) orang saksi, sedangkan korban diperankan oleh anggota Polwan Polres Gowa. Saleh (38) ditetapkan sebagai tersangka setelah polisi menemukan sejumlah bukti-bukti kuat yang mengarah kepada dirinya, serta hasil dari scientific identification. Sebelumnya Saleh berstatus sebagai saksi dan diperiksa selama tiga hari berturut-turut di Mapolres Gowa.
“Petugas kepolisian terpaksa menjaga ketat proses rekonstruksi. Meskipun sudah dibuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tersangka, namun dari beberapa keterangan yang diperoleh, perlu dilakukan pengecekan di TKP,” kata Kapolda Sulsel, Irjen Polisi Drs Muktiono di lokasi rekonstruksi yang dilakukan.
[NEXT]
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Polisi Dicky Sondani menambahkan, rekontruksi ini dilakukan selain melengkapi berkas juga untuk menyamakan keterangan dari pelaku dengan BAP terkait kasus pembunuhan terhadap Rafika.
“Tersangka dijerat dengan pasal 339 KUHP junto 338 dan 365 dengan ancaman hukuman seumur hidup,” ujar Kombes Polisi Dicky Sondani.
Seorang psikolog, Dr. Wahyu Triasmara mengemukakan bahwa kehidupan saat ini betapa mengerikannya, bagaimana mungkin orang tega membunuh orang dengan motif hanya sepele ? Seolah sudah tidak ada rasa takut hingga orang berani mengahabisi nyawa orang lain. Lalu apa motivasi dan penyebab hingga orang tega membunuh ?
Menurut psikiater ini, tentunya banyak motif hingga seseorang tega membunuh orang lain. Namun di sini, Wahyu lebih ingin mengupasnya dari sisi psikologis hingga kenapa orang begitu berani mengahabisi nyawa korbannya. Dari beberapa kasus pembunuhan dia aamati di dalam berbagai pemberitaan terkait motif-motif terjadinya pembunuhan, sedikit banyak psikiater ini mencoba merangkum berbagai motif hingga orang berani menghabisi nyawa orang lain.
Di urutan pertama, Wahyu Triasmara melihat adanya pribadi yang terlalu obsesif. Pada kondisi ini boleh dibilang biasanya dialami oleh orang-orang yang belum dewasa dan butuh perhatian lebih. Sehingga ketika mereka kehilangan rasa cinta dan kasih sayang, maka dalam pikirannya kekerasan adalah jalan terakhir untuk menyudahi semuanya.
Trauma yang mendalam juga dapat menyebabkan terjadi tindak kekerasan dan pembunuhan. Pengalaman-pengalam buruk dimasa lampau membuat seseorang berusaha melindungi dirinya sendiri dari hal-hal buruk yang dia anggap dapat hadir kembali di kehidupannya. Itulah beberapa kondisi psiko-sosial yang sangat mungkin mempengaruhi seseorang hingga akhirnya tega membunuh orang lain disekitar mereka.
“Tentunya masih banyak motif pembunuhan lain, bahkan motif politik, SARA, faktor ekonomi pun bisa menjadi faktor tindak kekerasan hingga pembunuhan, belum juga termasuk berbagai persoalam kehidupan yang bisa menjadi pemicu begitu entengnya orang tanpa rasa takut untuk membunuh sesamanya,” papar Dr. Wahyu Triasmara, seorang pakar psikolog. (*)