MAKASSAR — Wakil Rektor (Warek) II Unismuh Makassar, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum menjadi salah seorang narasumber Webinar Nasional Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Peningkatan Kapabilitas Diri Melalui Literasi dan Numerasi. Webinar Nasional ini diselenggarakan via daring, Senin (29/3/2021).
Webinar diselenggarakan Unismuh Makassar, diikuti ratusan peserta. Webinar tersebut dibuka oleh Rektor Unismuh Makassar, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Sedang keynout speaker, Dr. H.Yaswardi, M.Si, yang sehari-harinya adalah Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbud.
Baca Juga :
Lainnya yakni Kadis Pendidikan Provinsi Sulsel, Prof. Dr. Muhammad Jufri, M.Si, M.Psi dengan moderator Dr.Muhammad Akhir, S.Pd, M.Pd. Pada pemaparan makalahnya, Dr. Andis sapaan akrab Andi Sukri Syamsuri mengatakan, asesmen nasional tidak sama dengan ujian nasional baik dari sisi fungsi maupun subtansi.
“Karena asesmen nasional dirancang untuk memantau dan mengevaluasi sistem pendidikan serta memperbaiki sistem pendidikan dasar dan menengah,” jelas Dr. Andi Sukri Syamsuri, akrab disebut Dr. Andis.
Menurut Dr. Andis, asesmen nasional bukan sistem evaluasi untuk individu siswa. Alasan dia, karena evaluasi kompetensi peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan sekolah.
Ia melanjutkan, selain itu asesmen nasional tidak akan menambah beban siswa. Pasalnya, karena tidak memiliki konsikuensi bagi siswa dan tidak menjadi syarat dalam penerimaan peserta didik baru.
Sekretaris Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sulsel ini menegaskan, asesmen nasional itu terdiri atas: Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diikuti oleh peserta didik. Tujuannya untuk mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif.
Survei karakter diikuti oleh peserta didik dan guru untuk mengukur sikap, kebiasaan, nilai sebagai hasil belajar nonkognitif. Serta survei lingkungan belajar dikuti kepala satuan pendidikan yang tujuannya untuk mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.
Timsel Anggota KPU Sulsel Pemilu 2019 ini lebih lanjut memaparkan, AKM pada pelaksanaan akan diukur keterampilan dasar yaitu kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi) dan penguatan pendidikan karakter. Kompetensi tersebut dibangun dari jenjang dasar sampai menengah dalam suatu learning progression (perkembangan belajar) tidak hanya sekedar penguasaan konten.
Literasi adalah kemampuan memahami, menggunakan, mengevaluasi dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan dunia. Hal itu sangat diperlukan agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
Level literasi mencari informasi dalam teks, memahami teks, mengevaluasi teks, merefleksi teks. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menyelesaikan persoalan dengan nalar matematika bukan lagi soal matematika yang identik dengan angka-angka dan rumus.
“Level numerasi adalah pemahaman konse, aplikasi konsep dan penalaran konsep,” tegas Sekjen PP Kesatuan Masyarakat Wajo (Kemawa).
Pada literasi membaca dan numerasi kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berfikir logis, sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. Strategi utama keberhasilan literasi dan numerasi, kata dia, yakni; sekolah sejak awal harus secara konsisten dan menyeluruh mendukung pengembangan literasi numerasi bagi setiap peserta didik.
“Sekolah harus mampu membuat peserta didik menerapkan pengetahuan matematikan mereka dibidang lain secara langsung,” ungkap Mahasiswa Teladan RI 1993 ini.
Lebih lanjut Dr. Andis mengatakan, peserta didik diberikan keterampilan literasi numerasi secara eksplisit di dalam mata pelajaran matematika Tetapi juga menggunakan matematika di luar mata pelajaran matematika di berbagai situasi.
“Peserta didik diberikan keterampilan matematika lintas kurikulum guna memperkaya pembelajaran bidang studi lain,” kata Dekan FKIP Unismuh Makassar pada masanya ini. (*)
Komentar