MAKASSAR – Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswa sejak dini merupakan salah satu program unggulan Pimpinan UMI yang dilantik awal Juli 2018, hal ini disampaikan Rektor UMI Prof Dr H Basri Modding SE MSi, mengawali bincang-bincang dalam coffee morning/silaturrahmi Pimpinan Universitas Muslim Indonesia dengan Ketua IKA UMI Pusat Ir H Zulkarnain Arief yang juga Ketua Kadin Sulsel di ruang rapat Rektor, Menara UMI lantai 9 pada hari Senin (30/7/2018).
Hadir dalam coffee morning tersebut Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI Prof Dr H Mansyur Ramly SE MSi, Sekretaris Yayasan Wakaf UMI Ir H Lambang Basri MT PhD, Para Wakil Rektor hadir Dr IR HAnafi Ashad MT, Prof Dr H Salim Basalamah SE MSi, Prof Dr H Laode Husein SH MH, Prof Dr Ir Hatta Fattah MS, Ketua LPMD Prof Dr H Ahmad Gani Msi, Ketua LP2S Prof Dr H Syahnur Said MS, Ketua LPM, Prof Dr H Abdul Makhsud DEA, Kepala Pusat Inkubasi Bisnis Indonesia Dr Zainuddn Rahman dan Kepala Humas UMI Nurjannah Abna. Sementara Pengurus IKA UMI yang juga pengurus KADIN Sulsel Herman Heizer yang juga Ketua HIPMI Sulsel, Anggota Komisi B DPRD Sulsel Jamaluddin Jafar, A Dala Atikam dan Andi Rista Tanrasula.
Perguruan Tinggi di era distruption ini menghadapi tantangan yang cukup berat., tidak hanya melaksanakan pengajaran, penelitian dan pengabdian, tapi semua aspek tersebut diukur dengan outcomenya, ujar Basri Modding yang juga Alumni Fakultas Ekonomi UMI ini.
“Dulu image berusaha belum menjadi hal yang familiar dikalangan mahasiswa. meskipun diantara mereka sudah ada yang melakoninya meskipun masih terbatas. Untuk itu, dalam pengembangan UMI ke depan bagaimana menyiapkan mahasiswa UMI menjadi enterpenur yang professional, tidak gagap dengan masa depannya kelak, maka coffee morning ini didesain utnuk mendapat masukan dari ketua IKA UMI yang juga Ketua Kadin Sulsel dan berbagai kapasitas yang dimiliki, ”ujar mantan Direktur PPs UMI ini.
Baca Juga :
Sementara itu Zulkarnain, apresiasi dengan silaturrahmi yang didesain dengan coffee morning ini, dan berharap UMI ke depan menjadi sumber ide dan gagasan strategis dalam pengembangan bangsa ke depan khususnya di kawasan Indonesia TImur. UMI tidak berperan dalam ranah politik, tetapi pada bidang dakwah kebangsaan, memberikan pencerahan kemana arah bangsa ini ke depan.
Herman Heizer menambahkan hasil penelitian yang dilakukan dikalangan mahasiswa, ditemukan 56 persen ingin menjadi pengusaha, 32 persen menjadi pegawai. Namun realitas dan harapan berbanding terbalik, hanya 3 persen yang menjadi pengusaha. Penyebabnya setelah ditelurusi bukan masalah modal, tapi mental mahasiswa menjadi pengusaha. Karena itu, menjadi catatan kita, bagaimana menyiapkan secara dini mereka untuk berani menjadi pengusaha. Mungkin mereka beranggapan sulit menjadi pengusaha, tapi kalau kita belajar dan menyiapkan mereka sejak dini, memberikan pendampingan, pengalaman dan keterampilan, mereka lebih siap menjadi entrepreneur professional.
Sementara itu Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI Prof Dr H Mansyur Ramly, mengatakan mahasiswa selaku kaum intelek dan agen perubahan dituntut tidak hanya menjadi insan mandiri dengan keunggulan keilmuwan yang dikuasainya namun juga dituntut menjadi pelaku perubahan. Salah satu domain yang perlu disiapkan sejak dini menjadi enterpreneur.
Perguruan tinggi melahirkan ide gagasan dan disinergikan dengan industri dalam pengembangannya. “Tidak ada perbedaan kurikulum Amerika dengan kita di Indonesia, hanya metode pembelajaran dengan menyiapkan mahasiswa untuk siap berkompetesi telah didesain sejak mereka di tahun ketiga. Mereka telah disiapkan dan dikawal untuk peran apa yang mereka akan lakukan ke depan” pungkasnya. (*)
Komentar