PINRANG — Pasca gempa berkekutan 3,7 skala Ritcher yang terjadi di wilayah Provinsi Sulbar, Senin (1/10/2018) dini hari sekira pukul 00.57 Wita, dampaknya malah berakibat fatal kepada masyarakat Kabupaten Pinrang. Pasalnya, sekira pukul 01.00 Wita, isu tsunami tiba-tiba beredar luas, baik dari mulut ke mulut maupun melalui Media Sosial (Medsos) Facebook (FB) yang akhirnya membuat ribuan warga Pinrang yang berdomisili di sepanjang bibir pantai seperti di wilayah Kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro Sompe, Cempa, Duampanua dan Lembang, ramai-ramai melakukan pengungsian.
Baca Juga :
“Infonya tiba-tiba beredar akan ada tsunami, dimana air laut tiba-tiba surut setelah gempa di Sulbar. Makanya, kami sekeluarga panik dan memilih mengungsi ke dalam kota untuk mencari dataran yang lebih tinggi,” ungkap Amran, salah satu warga Kecamatan Mattiro Sompe saat ditemui awak media, Senin (1/10/2018) pagi, di halaman Masjid Agung Al-Munawwir Kota Pinrang yang dijadikan tempat beristirahat sejenak dalam pengungsiannya.
Baca Juga :
Hal itu dibenarkan, H Arsyad, salah satu pemilik lahan di wilayah gunung Paleteang Kabupaten Pinrang. Dia mengaku kaget saat terbangun subuh hari mendapati ada sekitar 30 mobil pengungsi di lahan miliknya yang memang berada di dataran ketinggian.
Baca Juga :
“Saya kaget, kenapa banyak orang di lahan saya. Ternyata, mereka warga pesisir pantai Pinrang yang mengungsi karena isu tsunami. Jumlahnya, ada sekitar tiga puluh mobil pak,” tuturnya. (*)
Komentar