JAKARTA – Menyikapi transisi perilaku kejahatan di laut yang semakin sistematis dan terorganisir, Bakamla RI sebagai leading sektor pengamanan di laut saat masa damai, merasa perlu menyikapi dengan serius. Bak gayung bersambut, dalam proses formulasi strategi, Bakamla RI kedatangan tamu kehormatan dari Japan Coast Guard (JCG).
Menurut Kasubbag Humas Bakamla RI, Mayor Marinir Mardiono dalam rilis yang dikirim ke meja redaksi lintasterkini.com, Jumat malam (3/3/2018), rombongan delegasi JCG yang dipimpin oleh Deputy Director Piracy Countermeasures Office Commander, Yoshitada Nozawa diterima oleh jajaran pejabat Bakamla RI antara lain Direktur Latihan Laksma TNI Eko Jokowiyono, S.H, M.Si, Direktur Strategi Laksma TNI Muspin Santoso, S.H, M.Si (Han) dan beberapa pejabat lainnya. Tamu kehormatan JCG diterima di Ruang Rapat Bakamla RI, Gedung Perintis Kemerdekaan, Jl. Proklamasi No. 56, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
“Kedatangan JCG untuk menindak lanjuti surat yang telah dikirimkan beberapa waktu lalu, mengenai informasi kedatangan salah satu kapal patrolinya ke Indonesia. Tsugaru(PLH02) yang diketahui berukuran 105 meter, akan sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada Bulan Juli 2018,” ujar Mayor (Mar) Mardiono.
Baca Juga :
Kedatangan kapal patroli ini dimaksudkan untuk melakukan serangkaian latihan bersama dengan instansi pengamanan laut yang ada di Indonesia, salah satunya Bakamla RI. Terkait keterlibatan JCG dalam Forum Heads of Asian Coast Guard Agencies Meeting (HACGAM), diketahui bahwa JCG merupakan leading sektor untuk pilar Controlling Unlawful Act at Sea (mengendalikan tindak pelanggaran hukum di laut).
Pada beberapa pertemuan sebelumnya, JCG turut memaparkan keberhasilannya dalam menangani kasus distribusi narkotika melalui laut, penyelundupan manusia, dan penyelundupan emas.
Bakamla RI merasakan hubungan antara keberhasilan JCG dan perkembangan tindak pelanggaran di laut saat ini. Maraknya penyebaran obat terlarang melalui jalur laut sudah
cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Bakamla RI mengusulkan rencana latihan bersama mengenai Drug Interdiction at Sea, Visit Board Search and Seizure (VBSS), dan
Crime Scene Investigation. Secara garis besar, pelatihan tersebut dimaksudkan untuk menanggulangi terjadinya tindak penyebaran obat terlarang melalui laut.
“Diharapkan latihan bersama ini dapat terealisasi dengan baik di bulan Juli 2018. Hal ini merupakan salah satu aksi untuk mewujudkan tindakan mulia dalam mengamankan lautan Nusantara,” pungkasnya. (*)
Komentar