MAKASSAR – Jajaran Polrestabes Makassar membubarkan kegiatan belajar mengajar tatap muka di Madrasah Aliyah Nemgeri (MAN) 2 Makassar, Rabu (03/03/2021).
Belajar tatap muka di sekolah menengah ke atas yang terletak di Jalan Sultan Alauddin itu, diselenggarakan atas izin Kepala Sekolah, Kaharuddin.
Dia menerbitkan surat bernomor B.008/MA.21.12.02/PP.006/03/2021. Yang isinya meminta kepada orangtua siswa untuk dilakukan belajar tatap muka langsung secara terbatas. Dikhususkan bagi siswa kelas X.
Baca Juga :
Mendengar kebijakan itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar langsung bereaksi. Melaporkan kegiatan belajar tatap muka ke Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdisyam.
Sehingga, Kapolda memerintahkan jajaran Polrestabes Makassar untuk menghentikan belajar tatap muka di sekolah tersebut.
Hal itu diutarakan Ketua IDI Makassar, Siswanto melalui keterangannya yang diterima LINTASTERKINI, Rabu tadi.
“IDI Kota makassar ucapkan terima kasih bapak Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam bersama jajarannya atas dukungannya memutus penyebaran virus corona di Sulawesi Selatan,” kata Anto sapaannya didampingi Humas IDI Makassar, Wachyudi Muchsin.
Menurut dia, apa yang dilakukan pihak MAN 2 Makassar telah melanggar Undang-undang nomor 4 tahun 1984 terkait wabah penyakit menular dan Undang-undang nomor 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan bentuk ketidakpekaan terhadap pandemi covid-19.
Apalagi saat ini, kasus covid-19 di Sulsel masih berada di urutan 5-7 tertinggi di Indonesia. Makassar sendiri sebagai daerah epicentrum.
“Apa pun alasannya kita bicara fakta. Dimana positive rate 19 persen di Indonesia, artinya 10 orang dilakukan testing swab/PCR akan ada 4 orang positif. Standar WHO hanya 5 persen,” terang Anto.
Atas dasar itulah lanjut dia, IDI Makassar menolak rencana belajar tatap muka. Baik di Makassar mau pun di seluruh wilayah di Sulsel.
“Guru saja belum divaksin apalagi siswa. Siapa yang mau bertanggung jawab jika anak-anak kena covid-19. Anak-anak bisa terpapar di sekolah. Bisa kena saat pergi atau pulang ke sekolah. Setelah itu membawa virus ke keluarga. Dampaknya terjadi klaster sekolah serta meninggi lagi klaster keluarga,” pungkasnya.
Dengan begitu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk memberitahu pihak yang berwajib jika masih menemukan ada sekolah yang melaksanakan belajar tatap muka. (*)
Komentar